FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DALAM INTEGRASI NASIONAL DI
INDONESIA
Dosen pembimbing: Silvana Oktanisa S.IP., M.A.I.IT
Di susun oleh:
1. AidillahPutri (061440610885)
2. AnisaAnggun
K (061440610887)
3. Kartika (061440610895)
4. Kurnia Illahi (061440610896)
5. Malus (061440610899)
6. Sherly
Agustin (061440610904)
7. SyasmiaMeirizka (061440610906)
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
USAHA PERJALANAN WISATA TAHUN 2014/2015
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah SWT, karena
atas limpahan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Faktor-Faktor
Penghambat dalam Integrasi Nasional di Indonesia” ini dengan baik dan lancar.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah PKn. Dalam makalah ini akan dibahas hal-hal yang menyangkut tentang
faktor-faktor yag menjadi penghambat terwujudnya integrasi nasional di
Indonesia. Maka dari itu makalah ini cocok dibaca oleh kalangan mahasiswa
maupun masyarakat umum yang cinta terhadap persatuan dan kesatuan sebagai warga
negara Indonesia.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini tidak luput dari kekurangan. Oleh sebab itu kami sangat berharap
dapat menerima kritik dan saran dari semua pihak untuk kesempurnaan
makalah-makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Amin….
Palembang, Juni 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul............................................................................................................................i
Kata
Pengantar...........................................................................................................................ii
Daftar
Isi...................................................................................................................................iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang...........................................................................................................1
1.2. Rumusan
Masalah......................................................................................................2
1.3. Tujuan........................................................................................................................2
1.4. Manfaat......................................................................................................................2
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA/LANDASAN TEORI
2.1.
Pengertian Integrasi
Nasional…..……….................................................................3
2.2.
Syarat Integrasi
Nasonal...........................................................................................5
2.3.
Bentuk Integrasi
Nasional........................................................................................7
BAB
III PEMBAHASAN
3.1.
Faktor Internal
Penghambat Integrasi Nasional di Indonesia..................................5
3.2.
FaktorEksternal Penghambat
Integrasi Nasional di Indonesia.................................7
BAB
IV PENUTUP
4.1.
Kesimpulan............................................................................................................11
4.2.
Saran......................................................................................................................11
DAFTAR
PUSTAKA..............................................................................................................12
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Permasalahan
integritas sudah menjadi masalah umum hampir dialami oleh banyak Negara
termasuk Indonesia. Di Indonesia adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan
perbedaan suku bangsa, agama, adat istiadat dan primordialisme merupakan
konflik yang dilakukan oleh antar kelompok masyarakat yang dilatarbelakangi
oleh perbedaan memeluk agama, konflik antar suku, kesalapahaman antar budaya
dan sebagainya. Hal ini akan mengakibatkan munculnya gerakan separatisme yang terjadi
dibeberapa wilayah, misalnya gerakan separatis DI/TII Kartosuwiryo di Jawa
Barat, Permesta Kahar Muzakar di Sumatra, dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) .
Menurut
Cliffrod Gertz, apabila bangsa Indonesia tidak pandai-pandai memanajemen
keanekaragaman etnik, budaya,
dan solidaritas etnik, maka Indonesia akan pecah menjadi negara-negara kecil.
Bila ketidakpuasan ekonomi, kelas, atau intelektual menjurus pada revolusi yang
mendorong pergantian tatanan ekonomi dan politik negara-bangsa. Maka akan
muncul sikap disintegrasi bangsa. Perpecahan dalam masyarakat majemuk korbannya
bukan individu, kelompok, atau kelas tertentu, tapi negara-bangsa itu sendiri
yang akan tercerai-berai.
Hal
ini ditambah dengan pandangan yang menimbulkan watak etnosentrisme dan primordialisme
sempit. Etnosentrisme adalah suatu pandangan yang melekat pada diri seseorang
(masyarakat) yang menilai kebudayaan-kebudayaan lain, selalu diukur dengan
nilai kebudayaannya. Primordialisme adalah pemikiran yang mengutamakan atau
menempatkan pada tempat yang pertama kepentingan suatu kelompok atau komunitas
masyarakat.
Pemupukan sifat seperti ini yang tanpa batas,
pada akhirnya akan melahirkan gerakan-gerakan separatisme. Gerakan-gerakan
separatisme dapat kalian lihat dari perlawanan Fretillin di Timor Timur.Sejak
mereka bergabung dengan NKRI tahun 1976, yang akhirnya berhasil membentuk
negara sendiri (Timor Laste) tahun 1998. Sentimen primordial kesukuan ini
dihidupkan menjadi basis utama artikulasi kepentingan secara politik, karena
tersumbatnya komunikasi politik melalui saluran yang ada sehingga gerakan ini
mengartikulasikan kepentingan poilitik dengan berbagai cara.
Untuk
keluar dari berbagai komplikasi permasalahan mengenai konflik dan integrasi
nasional, perlu deteliti sisi lain dari konflik tersebut yaitu menganalisis faktor yang
menjadi penghambat terealisasinya integrasi nasional di Indonesia.
1.2.Rumusan
Masalah
Dari latar belakang
diatas yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
a. Apa
saja faktor internal pengahambat dalam integrasi nasional di Indonesia?
b. Apa
saja faktor eksternal pengahambat dalam integrasi nasional di Indonesia?
1.3.Tujuan
Tujuan dari makalah ini
adalah
a. Untuk
mengetahui faktor internal penghambat dalam integrasi nasional di Indonesia
b. Untuk
mengetahui faktor eksternal penghambat dalam integrasi nasional di indonesia
1.4.Manfaat
Makalah ini diharapkan
dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoritis maupun praktis.
1.
Manfaat Teoritis
Secara
teorotis makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor penghambat
dalam integrasi nasional di Indonesia.
2.
Manfaat Praktis
Secara
praktis makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca.
a.
Bagi mahasiswa: Agar dapat digunakan untuk referensi belajar,
b.
Bagi masyarakat umum: dapat memberikan
informasi atau gambaran tentang factor yang menjadi penghambat berjalannya
integrasi nasional di Indonesia, sehingga masyarakat dapat menghindari hal-hal
tersebut untuk tercapainya integrasi nasional di Indonesia.
c.
Bagi pemerintah: Bisa dijadikan bahan
untuk membuat kebijakan dalam mengatasi masalah faktor penghambat integrasi
nasional di Indonesia.
d.
Bagi dosen: dapat dijadikan sebagai
bahan ajar mengenai bahasan integrasi nasional
e.
Bagi penulis: hasil kajian ini sebagai
bahan masukan dan bahan pembelajaran tentang faktor pengahambat dalam integrasi
nasional di Indonesia.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA/LANDASAN TEORI
2.1.
Pengertian
Integrasi nasional
Integrasi
Nasional berasal dari 2 kata, yakni Integrasi dan Nasional. Integrasi ini
berasal dari Bahasa Inggris (integrate) yang memiliki arti menyatupadukan,
mempersatukan atau menggabungkan. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
Integrasi memiliki arti pembauran sehingga menjadi satu kesatuan yang bulat dan
utuh. Kata Nasional itu sendiri berasal dari Bahasa Inggris juga (Nation) yang
berarti Bangsa.
Di dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Integrasi Nasional memiliki arti yang politis
dan antropologis.
-
Secara Politis
Integrasi Nasional
secara politis ini memiliki arti bahwa penyatuan berbagai kelompok budaya dan
sosial dalam kesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu identitas nasional.
-
Secara Antropologis
Integrasi Nasional secara antropologis ini
berarti bahwa proses penyesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang berbeda
sehingga mencapai suatu kesatuan fungsi di dalam kehidupan masyarakat.
Menurut beberapa para
ahli Integritas Nasional sebagai berikut :
1.
Howard
Wriggins
Integritas
nasional berarti penyatuan bagian yang berbeda-beda dari suatu masyarakat
menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang jumlahnya banyak
menjadi satu kesatuan bangsa.
2.
Myron Weiner
Integrasi
menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial ke dalam satu kesatuan wilayah, dalam rangka
pembentukan suatu identitas nasional
3.
Dr. Nazaruddin
Sjamsuddin
Integrasi
nasional ini sebagai proses penyatuan suatu bangsa yang mencakup semua aspek
kehidupannya, yaitu aspek sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
4.
J. Soedjati
Djiwandono
Integrasi
nasional sebagai cara bagaimana kelestarian persatuan nasional dalam arti luas
dapat didamaikan dengan hak menentukan nasib sendiri.
2.2.
Syarat
Integrasi Nasional
Menurut
William F. Ogburn dan Mayer Nimkoff, Ada beberapa syarat keberhasilan Integrasi
di dalam suatu negara, diantaranya adalah:
1. Anggota
masyarakat merasa bahwa mereka semua berhasil untuk saling mengisi
kebutuhan-kebutuhan yang satu dengan yang lainnya.
2. Terciptanya
kesepakatan bersama mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial yang
dilestarikan dan dijadikan menjadi suatu pedoman.
3. Norma-norma
dan nilai-nilai sosial dijadikan aturan yang baku dalam melangsungkan proses
integrasi sosial.
2.3.
Bentuk Integrasi Nasional
Bentuk integrasi nasional dalam masyarakat dapat dibagi
menjadi dua bentuk yakni:
1. Asimilasi
Yaitu pembauran kebudayaan
yang disertaya ciri khas kebudayaan asli.Dalam masyarakat bentuk integrasi social ini terlihat Dari
pembentukan tatanan social yang baru yang menggantikan budaya asli.Biasanya
bentuk integrasi ini diterapkan pada kehidupan social yang primitive dan rasis.
Maka dari itu budaya asli yang bertentangan dengan norma yang mengancam
disintegrasi masyarakat akan digantikan dengan tatanan social barau yang dapat
menyatukan beragam latar belakang social.
2. Akulturasi
Yaitu penerimaan sebagian
unsur-unsur asing tanpa menghilangkan kebudayaan asli.Akulturasi menjadi
alternative tersendiri dalam menyikapi interaksi social, hal ini didasarkan
pada nilai- nilai social masyarakat yang beberapa dapat dipertahankan. Sehingga
nilai- nilai baru yang ditanamkan pada masyarakat tersebut akan menciptakan
keharmonisan untuk mencapai integrasi soaial. Contoh : Sekaten, akulturasi
antara budaya Jawa, Islam dan Hindu.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1.
Faktor
Internal Pengahambat dalam Integrasi Nasional di Indonesia
Adapun yang menjadi
faktor internal yang mengahambat terwujudnya integrasi nasional di Indonesia
adalah sebagai berikut:
1.
Masyarakat
Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) dalam faktor-faktor kesukubangsaan
dengan masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama yang dianut,
ras dan sebagainya.
Berdasarkan
sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia yaitu lebih dari 237 juta
jiwa dan dari jumlah tersebut terdiri dari 1.128 suku bangsa yang tinggal di
Indonesia.Bukan hanya itu, Indonesia juga memiliki 6 agama resmi yaitu Islam,
Khatolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu.Hal itu membuktikan bahwa
Indonesia memang kaya akan keberagamannya.
Untuk
mewujudkan integrasi nasional di Indonesia jika dilihat dari faktor internalnya
sangat sulit untuk mencapainya dengan mudah. Karena syarat dari tercapainya
integrasi nasional adalah terciptanya kesepakatan bersama mengenai norma-norma
dan nilai-nilai sosial yang dilestarikan dan dijadikan menjadi suatu pedoman. Dengan
beragamnya kebudayaan di Indonesia sulit juga untuk menyepakati suatu norma dan
nilai sosial yang akan dijadikan suatu pedoman, karena tiap daerah mempunyai
kebudayaan, adat dan pandangan hidup masing-masing yang sulit untuk diubah.
2.
Wilayah
negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh
lautan luas.
Indonesia, adalah negara di Asia Tenggara
yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia
dan Australia
serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia
dan merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari
13.466 pulau dengan luas wilayah lebih dari 1,9 juta Km2. Dengan
wilayah yang begitu luas, menjadi salah satu faktor yang menghambat terwujudnya
integrasi nasional di Indonesia karena begitu jauhnyan jangkauan antar daerah
di Indonesia.
3.
Kurangnya kesadaran di dalam diri
masing-masing rakyat Indonesia terhadap segala ancaman dan gangguan yang muncul
dari luar.
Masyarakat Indonesia seringkali
menyepelekan apa yang terjadi di sekitarnya, karena pengaruh yang ada tidak
berdampak apa-apa pada dirinya, sehingga rasa kebersamaan dan kekeluargaan
semakin lama semakin memudar.
Kurangnya kesadaran di dalam diri
masing-masing rakyat Indonesia terhadap segala ancaman dan gangguan yang muncul
dari luar ini akan
berdampak pada munculnya disintegrasi nasional, karena pada zaman sekarang ini
bentuk ancaman tidak berupa peperangan fisik ataupun penjajahan secara fisik,
akan tetapi ancaman dan gangguan tersebut adalah dalam bentuk perang pemikiran
dan perang budaya, dimana terjadinya perubahan sosial akibat masuknya budaya
luar yang dapat memecahbelahkan masyarakat Indonesia, mungkin dampaknya bisa
berupa tidak adanya persamaan pandangan
mengenai tujuan semula yang ingin dicapai, norma-norma masyarakat mulai tidak
berfungsi dengan baik sebagai alat pengendalian sosial demi mencapai tujuan
bersama, sanksi yang diberikan kepada pelanggar norma tidak dilaksanakan secara
konsekuen, tindakan-tindakan warga masyarakat tidaklagi sesuai dengan
norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan terjadi proses-proses sosial yang
bersifat disosiatif.
Maka jika telah terjadi hal
demikian, berarti disintegrasi nasional di Indonesia telah ada. Dan hal
tersebut akan mengancam terwujudnya integrasi nasional di Indonesia.
4. Lemahnya nila-nilai budaya bangsa
akibat kuatnya pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa
Beberapa
golongan masyarakat Indonesia ada yang memiliki pandangan bahwa semua
unsur-unsur yang masuk dalam suatu masyarakat dianggap baik dan lebih maju,
sehingga perlu diikuti, terutama unsur-unsur budaya dari dunia barat. Hal ini
karena perkembangan ilmu dan teknologi mereka demikian maju dan cepat
perkembangannya.
Keadaan
ini membuat sebagian masyarakat lupa bahwa tidak semua yang datang dari barat
merupakan hal-hal yang modern. Proses menerima semua unsur-unsur barat tanpa
seleksi disebut Westernisasi. Semua yang datang dari barat tidak dapat
digolongkan modern. Pergaulan bebas, seks bebas, merupakan kerusakan moral dan
tidak sesuai dengan nilai dan norma bangsa Indonesia.
Modern
tidak sama dengan westernisasi. Hal ini berarti tidak semua yang datang dari
Barat itu modern. Westernisasi harus ditolak karena Indonesia bukan negara
Barat, tapi Indonesia memiliki nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial
sendiri yang jauh lebih baik dari norma-norma sosial yang ada di Barat.
Sehingga jika westernisasi terjadi pada masyarakat Indonesia, maka akan semakin
sulit terwujudnya integrasi nasional di Indonesia, karena terjadinya
pertentangan antar norma-norma yang ada dalam masyarakat.
3.2.
Faktor
Eksternal Pengahambat dalam Integrasi Nasional di Indonesia
Berikut ini adalah yang menjadi faktor
eksternal penghambat terwujudnya integrasi nasional di Indonesia:
1.
Kurangnya penghargaan terhadap
kemajemukan yang memiliki sifat heterogen
Sebagai Negara yang kaya akan
kemajemukan yang dimiliki, Indonesia seharusnya mampu untuk mengapresiasikan keunikan
tersebut. Jika kemajemukan Indonesia ini diapresiasikan dan diberi
pengahargaan, maka masyarakat Indonesia akan merasa bangga menjadi warga negara
Indonesia dan dengan kemajemukan tersebut dianggap sebagai suatu kelebihan
menjadi warga negara yang dapat bersatu bukan sebagai hambatan dalam
terwujudnya integrasi nasional.
2.
Masih
besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil
pembangunan
Hal ini dapat menimbulkan berbagai rasa tidak puas
dan keputusasaan di masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan), gerakan
separatisme dan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk rasa. Karena pada hakikatnya
manusia memiliki sifat yang tidak ingin dibeda-bedakan dalam perlakuannya, maka
begitu pula dengan proses pembangunan di Indonesia. Setiap daerah atau wilayah
di Indonesia memiliki hak dalam penerimaan pembangunan daerah. Jika terjadi ketidakmerataan
pembangunan ini, maka akan sulit terwujudnya integrasi nasional di Indonesia karena
terjadinya kecemburuan sosial disetiap daerahnya.
3.
Pembauran Bangsa
Pembauran bangsa merupakan usaha untuk menyatukan suku-suku bangsa dalam
masyarakat bangsa Indonesia menjadi satu kesatuan yang utuh atau pemaduan
masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi satu bangsa baru,
yaitu Indonesia. Bersatu sebagai satu bangsa tidak hanya berdasarkan atas
kesamaan ras, suku, bangsa, bahasa, agama, kepentingan atau batas-batas
geografis, tetapi berdasarkan pada kesaman perasaan, kesamaan niat yang timbul
sebagai akibat pengorbanan yang telah dialami di masa lampau, masa kini, dan
akan dialami bersam-bersama di masa mendatang. Titik rawan dari pembauran bangsa tetap terletak pada
kelompok keturunan. Perhatian khusus diberikan kepada kelompok masyarakat
keturunan Tionghoa, ini disebabkan beberapa hal, yaitu:
1) Jumlah kelompok masyarakat itu cukup besar, sekitar 3,5
juta orang
2) Pola hidup mereka secara relatif masih eksklusif; dan
3) Pada umumnya mereka berada dalam kelompok masyarakat
ekonomi kuat.
Berdasarkan pada
hal itu kita dapat mengatakan bahwa masih ada beberapa hambatan dalam proses
pembauran kelompok keturunan Tionghoa ini antara lain faktor budaya, ekonomi,
dan politik (Bahri, 1984: 694).
4.
Kerukunan Antar
Umat Beragama
Sudah menjadi pendapat umum pada tingkat nasional ataupun
tingkat internasional, bahwa Republik
Indonesia adalah negara yang mempunyai penganut Agama Islam terbesar di dunia.
Dari data statistik sering diungkapkan bahwa dari 148 juta (tahun 1984)
penduduk indonesia, 90% menganut Agama Islam.
Akan tetapi sejak Indonesia merdeka kedudukan islam dalam area politik nasional
seringkali menjadi persoalan yang menimbulkan pertentangan, sehingga
mengakibatkan kemacetan politik, pemberontakan berlatar belakang agama dan
kedaerahan, juga pertentangan sosial lainnya. Di kalangan umat islam dalam kenyataannya
terdapat berbagai derajat kaum muslimin, dari yang saleh sampai mereka yang
abangan. Sedangkan di barisan orang-orang saleh pun terdapat bermacam-macam
aliran. Dengan kondisi seperti itu, menjadikan masalah islam di Indonesia
sebagai persoalan yang cukup rumit.
Bersamaan dengan isu Kristianisasi
di kalangan umat islam belum kunjung lenyap, dan belakangan ini muncul isu Islamisasi
di kalangan umat kristen. Semua ini menunjukkan betapa berkembangnya
solidaritas sempit yang membawa kemrosotan semangat kebangsaan Indonesia.Dengan demikian
kesadaran untuk menumbuhkan sikap saling pengertian kesulitan yang dihadapi
masing-masing kelompok agama masih sangat rendah.
5. Perubahan Nilai-nilai
Dari mulai Indonesia merdeka sampai sekarang ini, masih
terdapat pandangan umum bahwa ada kesulitan untuk menentukan nilai-nilai
Indonesia, akibat adanya kesenjangan yang bersifat struktural dalam masyarakat.
Kesenjangan itu semakin terasa ketika arus budaya
barat masuk dengan deras ke persada Nusantara. Lebih tragis lagi karena
ketidaksiapan dan ketidakmatangan budaya domestik untuk merangkul budaya barat
yang disebut budaya modern itu.
Akibat dari
perkembangan teknologi komunikasi juga muncul kelompok masyarakat yang merasa
mandiri, kemudian muncul egoisme, asalkan saya selamat, yang lain masa bodoh.
Bila kita sampai pada pemikiran seperti itu akan sampai pada satu bahaya besar,
karena akan terjadi disintegrasi yang tidak tampak. Disintegrasi seperti itu baru
akan terlihat bila kita telah mengalami suatu musibah besar perpecahan politik
etau serangan dari luar. Jika ini terjadi, neragara hanyalah tinggal sebagai
kerangka tetapi isinya keropos.
Sekelompok pakar
berpendapat bahwa proses pembangunan di negara-negara berkembang berpotensi
untuk menjadi violent-generating process (proses pembentukan kekerasan). Olson
misalnya menyatakan bahwa perubahan secara cepat di dalam teknik produksi dan
prilaku ekonomi akan membawa masyarakat pada situasi anomy yang dicirikan
dengan perasaan hilangnya pijakan dan hilangnya norma-norma (Olson 1997). Ironi
dari bangsa Indonesia hari ini adalah rontoknya tradisi meritokrasi dan
hilangnya kapasitas visioner yang diiringi dengan menggejalanya “tradisi instan”
di segala lapisan masyarakat.
Belajar dari
pengalaman negara-negara di Amerika Latin, suatu sistem politik yang didominasi
oleh kalkulasi materi dan agenda-agenda politik yang pragmatis, tidaklah
memiliki kemampuan jangka panjang untuk mengantarkan suatu negara bangsa mencapai
fase demokrasi yang terkonsolidasi. Jadi perubahan dalam nilai-nilai bangsa
Indonesia ini akan melunturkan sikap kebengsaan Indonesia dan akan sulitnya
terwujud integrasi nasional di Indonesia.
6. Politik.
Masalah politik merupakan aspek yang paling mudah untuk menyulut
berbagai ketidak nyamanan atau ketidak tenangan dalam bermasyarakat
dan sering mengakibatkan konflik
antar masyarakat yang berbeda faham apabila tidak ditangani dengan
bijaksana akan menyebabkan konflik sosial di dalam masyarakat. Selain itu
ketidak sesuaian kebijakan-kebijakan pemerintah pusat yang diberlakukan pada
pemerintah daerah juga sering menimbulkan perbedaan kepentingan yang akhirnya
timbul konflik sosial karena dirasa ada ketidak adilan didalam pengelolaan dan
pembagian hasil atau hal-hal lain seperti perasaan pemerintah daerah yang sudah
mampu mandiri dan tidak lagi membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat, konflik
antar partai, kabinet koalisi yang melemahkan ketahanan nasional dan kondisi
yang tidak pasti dan tidak adil akibat ketidakpastian hukum.
7.
Ekonomi
Krisis ekonomi yang berkepanjangan semakin menyebabkan sebagian besar
penduduk hidup dalam taraf kemiskinan. Kesenjangan sosial masyarakat Indonesia
yang semakin lebar antara masyarakat kaya dengan masyarakat miskin dan adanya
indikasi untuk mendapatkan kekayaan dengan tidak wajar yaitu melalui KKN.
8.
Sosial Budaya
Pluralitas kondisi sosial budaya bangsa Indonesia merupakan sumber
konflik apabila tidak ditangani dengan bijaksana. Tata nilai yang berlaku
di daerah yang satu tidak selalu sama dengan daerah yang lain. Konflik tata
nilai yang sering terjadi saat ini yakni konflik antara kelompok yang keras dan
lebih modern dengan kelompok yang relatif terbelakang.
9. Pertahanan
Keamanan
Kemungkinan disintegrasi bangsa dilihat dari aspek pertahanan keamanan
dapat terjadi dari seluruh permasalahan aspek asta gatra itu
sendiri. Dilain pihak turunnya wibawa TNI dan Polri akibat
kesalahan dimasa lalu dimana TNI dan Polri digunakan oleh penguasa sebagai alat
untuk mempertahankan kekuasaannya bukan sebagai alat pertahanan dan keamanan
negara.
BAB
IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Integrasi Nasional adalah penyatuan bagian-bagian yang
berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau
memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu
bangsa.
Yang menjadi faktor pengahambat dalam integrasi nasional di Indonesia
terbagi atas dua yaitu faktor internal dan eksternal.Yang menjadi faktor
internal yang menghambat terwujudnya integrasi nasional di Indonesia adalah Masyarakat
Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) dalam faktor-faktor kesukubangsaan
dengan masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama yang dianut,
ras dan sebagainya.Wilayah negara yang begitu luas.Kurangnya kesadaran di dalam diri
masing-masing rakyat Indonesia terhadap segala ancaman dan gangguan yang mucul
dari luar. Dan lemahnya nila-nilai budaya bangsa akibat
kuatnya pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Adapun
yang menjadi faktor eksternal penghambat terwujudnya integrasi nasional di
Indonesia adalah Kurangnya
penghargaan terhadap kemajemukan yang memiliki sifat heterogen. Masih
besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil
pembangunan. Pembauran Bangsa.Kerukunan Antar
Umat Beragama. Dan perubahan
Nilai-nilai.
4.2.Saran
Di Indonesia
ternyata masih banyak permasalahan mengenai integrasi nasional sehingga perlu
diadakannya pembahasan yang lebih lanjut agar informasi yang diperoleh lebih
lengkap dan dapat diterima dengan baik bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Daftar
Pustaka
Hardian Tahta.2015.Makalah Tentang Integrasi Nasional. (http://tahta10.blogspot.com/2015/03/makalah-tentang-integrasi-nasional.html)
Juli Natali.2013.Faktor-Faktor
Penghambat Integrasi Nasional di Indonesia.
(http://pendididi.blogspot.com/2013/10/faktor-faktor-penghambat-integrasi.html)
Trisna Indra.2015.Syarat Integrasi.( http://indraitr28.blogspot.com/2015/04/syarat-integrasi.html)
Umroh St.2015.Pendidikan PPKn.(http://www.astalog.com/1144/kendala-dalam-mewujudkan-integrasi-nasional.htm)
http://pipa-biru.blogspot.com/2014/01/integrasi-sosial-dan-integrasi-nasional.html