UPAYA MAHASISWA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DI
DEPAN PUBLIK
Dosen Pembimbing: Dra. Wasitoh Meirani, M.Pd.
Di susun oleh:
Kurnia Illahi 061440610896
Nindy Lupita Sari 061440610900
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
USAHA PERJALANAN WISATA TAHUN 2014/2015
KATA PENGANTAR
Dengan
memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah dengan judul “Upaya
Mahasiswa Meningkatakan Kemampuan Berbicara di Depan Publik”.
Dalam
penyusunan karya ilmiah ini penulis telah menerima berbagai pengarahan, kritik,
saran dan bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1.
Dra.Wasitoh Meirani,
M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan dan arahan demi
kesempurnaan karya ilmiah ini. Terima kasih atas bimbingan, masukan dan arahan
yang diberikan selama ini.
2.
Rekan-rekan
seperjuangan yang telah bersedia memberikan bantuan untuk menjadi objek
penelitian.
Penulis berharap karya
ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya
ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu diharpakan kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan karya ilmiah ini.
Palembang, Januari 2015
Penulis,
DAFTAR PUSTAKA
Halam
judul..............................................................................................................i
Kata pengantar.........................................................................................................ii
Daftar
pustaka.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang......................................................................................
1.2.
Rumusan masalah dan ruang lingkup masalah....................................
1.3.
Tujuan.................................................................................................
1.4.
Manfaat...............................................................................................
1.5.
Metode................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA/LANDASAN
TEORI
2.1.
Mahasiswa....................................................................................
2.1.1.
Definisi Mahasiswa............................................................
2.1.2.
Perkembangan Psikologi Mahasiswa............................
2.2.
Berbicara...................................
2.2.1.
Definisi...................................
2.2.2.
Kalsifikasi Berbicara...........................................................
BAB III
PEMBAHASAN
2.1. Upaya
Jangka Pendek yang Dilakukan Mahasiswa Meningkatkan Kemampuan Berbicara di
Depan Publik................................................
2.2. Upaya
Jangka Panjang yang Dilakukan Mahasiswa Meningkatkan Kemampuan Berbicara di
Depan Publik...............................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Memiliki kemampuan
berbicara di depan pubik bagi kalangan mahasiswa meruapakan hal yang wajib
karena untuk menunjang berbagai kegiatan dan kebutuhan yang berkaitan dengan
sivitas akademika seperti presentasi makalah, presentasi laporan akhir,
seminar, dan berpidato. Sehingga kemampuan mahasiswa berbicara di depan publik
sudah harus memasuki kategori yang tinggi. Kemampuan tersebut dapat dilihat
dari berbagai sudut pandang diantaranya, rasa percaya diri. Seorang mahasiswa
yang sudah terbiasa berbicara di depan publik maka akan memiliki rasa precaya
diri yang kuat dan tinggi tanpa ada keraguan dalam berbicara. Rasa percaya diri
dapat didukung dengan adanya persiapan bahan dengan baik, sehingga rasa percaya
diri semakin meningkat.
Selain itu kemampuan
mahasiswa berbicara di depan publik yang baik juga ditandai dengan penggunaan
kata-kata atau bahasa yang komunikatif, lancar atau tidak terbata-bata, tidak
banyak salah saat berbicara, tidak demam panggung atau gugup, serta kesiapan
peralatan pedukung lainnya yang dapat menunjang kelancaran dalam berbicara didepan
publik.
Akan tetapi pada
kenyataanya sebagian besar mahasiswa belum memiliki kemampuan berbicara didepan
publik atau kemampuannya masih dalam taraf yang rendah. Hal ini dipengaruhi oleh
banyak faktor yang dialami mahasiswa. Faktor tersebut sangat bertolak belakang
dengan kondisi yang seharusnya. Pada umumnya faktor pertama penyebab rendahnya
kemampuan mahasiswa berbicara didepan publik adalah kurang percaya diri. Dalam
hal ini mahasiswa belum terbiasa berbicara di depan orang banyak dan menghadapi
para pendengar sehingga sebelum berbicara sudah muncul rasa tidak pecaya diri
yang mengakibakan demam panggung.
Faktor kedua adalah
kurang persiapan bahan bicara. Kemampuan mahasiswa dalam mencari referensi
bahan yang akan dibicarakan cenderung mengalami kesulitan yang disebabkan
terlalu banyak topik bahasan atau sulitnya materi yang akan disampaikan sehingga
tidak mampu menguasainya.
Dari kondisi tersebut
dapat dikatakan bahwa kemampuan mahasiswa yang merupakan orang yang kedudukan
pendidikannnya paling tinggi masih banyak mengalami kesulitan berbicara di
depan publik sehingga topik Upaya Mahasisawa Meningkatkan Kemampuan Berbicara
di Depan Publik perlu dan layak untuk dibahas.
1.2.
Rumusan
Masalah dan Ruang Lingkup Masalah
Masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimanakah upaya mahasiswa
meningkatkan kemampuan berbicara di depan publik?
Adapun
ruang lingkup masalah dalam makalah ini
adalah:
a.
Bagaimanakah upaya
jangka pendek yang dilakukan mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan berbicara
di depan publik?
b. Bagaimanakah
upaya jangka panjang yang dilakukan mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan
berbicara di depan publik?
Karna
keterbatasan penulis, maka dalam penulisan kaya ilmiah ini upaya mahasiswa
meningkatkan kemampuan barbicara di depan publik hanyalah mahasiswa Politeknik
Negeri Sriwijaya program study Usaha Perjalan Wisata kelas 1 BPA.
1.3.
Tujuan
Makalah
ini ditulis dengan tujuan untuk mengetahui tentang upaya mahasiswa meningkatkan
kemampuan berbicra di depan publik. Adapun tujuan khususnya adalah sebagai
berikut:
a.
Untuk mengetahui upaya
jangka pendek yang dilakukan mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan berbicara
di depan publik.
b.
Untuk mengetahui upaya jangka penjang yang dillakukan
mahasiswa untuk meningktakan kamampuan berbicara di depan publik.
1.4.
Manfaat
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoritis maupun praktis.
1.
Manfaat Teoritis
Secara
teorotis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadapat
kemampuan dan pemahaman pembaca tentang upaya mahasiswa meningkatkan kemampuan
berbicara di depan publik.
2. Manfaat
Praktis
Secara
praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca.
a. Bagi
mahasiswa: Agar dapat dimanfaatkan untuk
megembangkan kemampuan berbicara mahasiswa.
b. Bagi
mahasiswa calon guru: mendaptkan pengetahuan untuk menigkatkan kemampuan
berbicara bagi siswa.
c. Bagi
lembaga pendidikan: dapat menerapkan upaya atau cara ini di setiap kelas yang
memiliki masalh kemampuan berbicara siswanya.
d.
Bagi peneliti atau
penulis: hasil penelitian ini sebagai bahan masukan dan bahan penelitian
tentang upaya mahasiswa meningkatkan kemampuan berbicara di depan publik.
1.5.
Metode
Metode
yang digunakan dalam penulisan makalah
ini adalah:
1.
Studi pustaka yaitu
dengan melakukan pengumpulan data seperti membaca buku referensi serta bowsing
internet,
2. Kuesioner
yaitu pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada 18 responden,
yang terdiri dari 8 pertanyaan dan mahasiswa Politeknik Negeri Sriwijaya
program study Usaha perjalanan Wisata kelas 1 BPA sebagai respondennya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA/LANDASAN TEORI
Pada bab II ini akan dideskripsikan
konsep-konsep atau teori-teori yang sesuai dengan variabel penelitian yang
dipilih. Variabel penelitian tersebut adalah mahasiswa dan kamampuan berbicara
di depan publik. Berdasarkan hasil penelusuran yang telah dilakukan oleh
penulis, terdapat beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitain yang
akan di bahas oleh penulis, diantaranya:
1.
Penelitian Erna
Andriyanti (2006) yang berjudul “Upaya Peningkatan Public Speaking
Skill Mahasiswa Program Studi Bahasa Dan Sastra Inggris Melalui Symposium Dan
Workshop”, penelitian tersbut di atas hampir sama dengan
peneleitian yang hendak penulis lakukan, namun ada perbedaan dari variabel yang
akan penulis bahas. Perbedaan tersebut diantaranya adalah pada penelitian di
atas menggunakan metode symposium dan workshop, sedangkan penelitian yang
hendak dilakukan penulis hanya membahas upaya yang dilakukan mahasiswa untuk
menigkatakan kemampuan berbicara di depan publik tanpa adanya metode khusus
yang dipaparkan dalam judul.
2.
Penelitian Yuliarti
Mutiarsih (2014) yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara melalui Pengajaran
Communication Orale I pada Program Pendidikan Bahasa Perancis JPBA FPBS UPI”,
penelitian tersebut di atas berbeda dengan penlitian yang hendak dilakukan oleh
penulis. Penelitian diatas terdiri dari variabel berbicara dan cara yang
digunakan untuk menyelasikan masalah berbicara. Sedangkan dalam penelitain
penulis variabel terdiri dari dari mahasiswa dan berbicara.
3.
Penelitian Sri Hayani (2013) yagn
berjudul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Dan Motivasi Belajar Siswa
Dengan Strategi Sosiodrama Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas Iii B Mi
Ma’arif Bego Tahun Ajaran 2012/2013”. Perbedaan antara penelitan di atas dengan
panelitian yang hendak dilakukan penulis adalah variabel yang digunakan dalam
penelitian di atas adalah berbicara dan siswa, sedangkan variabel yang hendak penulis
bahas adalah mahasiswa dan berbicara.
Landasan
teori dalam makalah ini terdiri dari dua variabel yaitu mahasiswa dan berbicara
di depan publik.
2.1.
Mahasiswa
2.1.1. Definisi
mahasiswa
Definisi mahasiswa diambil dari suku kata
pembentuknya. Maha dan Siswa, atau pelajar yang paling tinggi levelnya. Sebagai
seorang pelajar tertinggi, tentu mahasiswa sudah terpelajar, sebab mereka
tinggal menyempurnakan pembelajarannya hingga menjadi manusia terpelajar yang
paripurna.
Menurut peraturan
pemerintah RI No.30 tahun 1990 mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar
dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Selanjutnya menurut Sarwono (1978)
mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti
pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun.
Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang
memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga
merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan
masyarakat yang sering kali syarat dengan berbagai predikat.
Pengertian Mahasiswa menurut Knopfemacher (dalam Suwono,
1978) adalah merupakan insane-insan calon sarjana yang dalam
keterlibatannyadengan perguruan tinggi (yang makin menyatu dengan masyarakat),
dididik dan di harapkan menjadi calon-clon intelektual.
Jadi dapat disimpulakan bahwa, mahasiswa adalah peseta didik
yang kedudukanya paleing tingga dengan status yang disandang oleh seseorang
karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan menjadi calon-calon
intelektual.
2.1.2. Perkembangan
Psikologi Mahasiswa
Dunia
pendidikan sangat erat kaitannya dengan berbicara di depan publik. Dalam
praktek lapangan mahasiswa masih banyak sekali yang mangalami kecemasan dalam
berbicara di depan pulik. Salah satu bentuk kesulitan tersebut adalah kecamasan
untuk mengungkapkan apa yang hendak diinformasikan kepada orang lain.
Sebanarnya perasaan camas meruapakan hal yang wajar bila seseorang mengalami
suatu kecemasan saat akan memulai sesuatu pembicaraan terutama di depan umum.
Bahkan seorang yang telah berpenglaman berbicara di depan umum pun tidak
terlepas dari hal ini.
Menurut Hoolbrook (dalam Horwits,
2002) kecemasan komunikasi mempunyai banyak istilah yaitu sebagai demam
panggung (stage fright), kecemasan komunikasi (communication anxiety), kecemasan
tampil didepan umum (performance anxiety), dan kemudian berkembang dengan
istilah communication apprehension. Communication apprehension di definisikan
sebagai kecemasan atau ketakutan yang di derita oleh individu secara nyata atau
antisipasi komunikasi, baik dalam suatu kelompok atau individu dengan individu.
Horwitz (2002) juga mengemukakan
bahwa kecemasan komunikasi merupakan suatu
jenis fobia sosial, yang ditandai dengan adanya suatu
pemikiran bahwa dirinya akan dikritik atau dinilai jelek oleh orang lain.
Seperti yang dikemukan oleh Rakhmat (2007) bahwa orang yang mengalami kecemasan
komunikasi akan sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi, hal ini karena
ia takut orang lain akan mengejeknya atau menyalahkannya.
Salah satu skill yang harus dikuasai
mahasiswa adalah kemampuan berkomunikasi di depan umum dalam hal ini melakukan
presentasi maupun diskusi. Presentasi dan diskusi itu dapat di jumpai hampir
setiap hari saat proses belajar mengajar di dalam lingkungan perguruan tinggi.
Namun, tidak jarang mahasiswa merasa
cemas untuk mengungkapkan pemikirannya secara lisan, baik pada saat diskusi
kelompok, bertanya pada dosen, maupun ketika harus berbicara di depan kelas
saat melakukan presentasi tugas. Ketiga kegiatan tersebut menuntut mahasiswa
untuk berbicara di depan umum, dan ketika mahasiswa merasa cemas saat
melakukannya dapat dikatakan mahasiswa tersebut mengalami kecemasan berbicara
di depan umum yang merupakan salah satu bentuk dari hambatan komunikasi (communication
apprehension). Problem kecemasan komunikasi di depan umum ini masih banyak
dihadapi oleh mahasiswa.
2.2.
Berbicara
2.2.1. Definisi
berbicara
Berbicara adalah salah satu kelebihan manusia dibanding makhluk hidup yang lain. Menurut Tarigan, setiap
orang akan mengucapkan kata-kata atau bunyi-bunyi artikulasi untuk
mengekspresikan dan menyampaikan gagasan, pikiran, dan perasaan. Berbicara
menjadi salah satu alat komunikasi untuk menyampaikan sesuatu kepada
pendengarnya. Arsjad dan Mukti U.S juga mengemukakan pendapat yang sama dengan Tarigan.
Tidak jauh berbeda dengan Tarigan, Kartini (1985:7)
menyatakan bahwa berbicara adalah suatu penyampaian peristiwa maksud, gagasan,
pikiran seseorang kepada orang lain dengan mengemukakan bahasa lisan, sehingga
maksud tersebut dipahami oleh orang lain.
Laksana (1982:25) mengemukakan bahwa
berbicara adalah perbuatan yang menghasilkan bahasa untuk berkomunikasi,
sebagai salah satu keterampilan dasar dalam berbahasa. Sementara Akhmadi (1984:
9) memberikan pengertian berbicara sebagai suatu keterampilan memproduksikan
arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan
dan keingingan kepada orang lain. Selanjutnya Badudu-Zain (1994: 180)
mengartikan berbicara dengan kata-kata, berpidato, dan bercakap-cakap. Batasan
berbicara yang dikemukakan Badudu,- Zain ini lebih mengarah kepada jenis
berbicara.
Moris dan Novia (2002) menyatakan
bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang alami antar anggota masyarakat
untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku sosial.
Sedangkan menurut Nuraeni (2002) berbicara adalah proses penyampaian informasi
dari pembicara kepada pendengar dengan tujuan terjadi perubahan pengetahuan,
sikap dan keterampilan pendengar sebagai akibat dari informasi yang diterimanya.
Surono dalam Sri Haryani (2006: 396)
menambahkan bahwa berbicara adalah komunikasi verbal secara lisan dan langsung
antara penutur dan mitra tutur yang bisa juga dengan menggunakan media komunikasi
lisan, audio, dan visual. Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang
berkembang pada kehidupan anak yang hanya dilalui oleh keterampilan menyimak,
dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
berbicara adalah suatu kegiatan yang
dilakukan seseorang atau sekelompok orang yang mengucapkan kata-kata untuk
menyatakan dan mengekspresikan pemikiran, gagasan dan perasaan kepada
sekelompok orang atau individu sebagai pendengar.
2.2.2.
Kalsifikasi Berbicara
Kalsifikasi berbicara di depan
publik menurut Tarigan di bedakan menjadi 4 jenis yaitu 1) Berbicara dalam
situasi yang bersifat memberitahukan atau bersifat informatif
2) Berbicara dalam situasi kekeluargaan dan
persahabatan, 3) Berbicara dalam situasi mengajak, membujuk, mendesak, dan
meyakinkan, 4) Berbicara dalam situasi yang bersifat berunding dengan hati-hati
dan tenang.
Hartono berpendapat bahwa keterampilan berbicara dikelompokkan menjadi dua, yakni berbicara perorangan dan
berbicara kelompok baik secara langsung maupun tidak langsung. Keterampilan
berbicara juga dapat dikelompokkan berdasarkan kegiatan yang dilakukan, yakni
memberi perintah, berpidato, memberi nasehat, mengajar, memberi saran, serta
berunding. Dalam berbicara, seseorang pasti memiliki tujuan, yaitu untuk
memberi dorongan, bertindak dan berbuat, menanamkan keyakinan, memberi
informasi dan memberikan kesenangan. Memberikan kesenangan berarti pembicara
bermaksud untuk membangkitkan suasana dan menimbulkan keceriaan ketika berada
dalam suatu pertemuan.
Keterampilan dalam berbicara juga dibagi berdasarkan jumlah
pendengar atau penyimak, serta kegiatan yang dilakukan. Keterampilan dalam
berbicara harus selalu ditingkatkan, dengan begitu, kita dapat berkomunikasi
dengan baik dan menyampaikan pikiran kita dengan baik. Cara untuk meningkatkan
keterampilan dalam berbicara yaitu dengan meningkatkan rasa percaya diri dan
sering berlatih berbicara di depan umum.
Dari
berbagai pendapat yang ada maka penulis dapat menyimpulkan bahwa berbicara di
depan publik adalah suatu proses panyamapian gagasan atau pendapat seseorang
mengenai suatu hal yang dilakukan di depan orang banyak.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1.Upaya Jangka Pendek
Yang Dilakukan Mahasiswa Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Di Depan Publik
Setiap
orang pasti mampu berbicara selama ia tidak mengalami gangguan dalam
berbiacara, namun tidak semua orang mampu berbicara dalam situasi dan keadaan
tertentu. Misalnya, prsentasi,
pidato, seminar, atau pembicaraan-pembicaraan yang bersifat resmi. Akan tetapi
dalam proses pelakasanan berbicara banyak sekali orang mengalami masalah,
termasuk mahasiswa.
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan menggunakan metode
kuesioner, hampir semua mahasiswa pernah berbicara di depan publik, dan dari
hasil penelitian menunjukkan 95% mahasiswa mengalami kesulitan berbicara di depan
publik seperti gugup, malu atau tidak percaya diri, dan tidak menguasai bahan.
Masalah-masalah
tesebut sebenarnya dapat di atasi jika mahasiswa mempunyai kemaun untuk
melakukannya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis 80% mahasiswa
lebih memilih upaya jangka pendek untuk mengatasi masalah dalam berbicara di
depan publik demi terwujudnya peningkatkan kemampuan berbicara di depan publik.
Berikut ini
adalah upaya jangka pendek yang dilakukan mahasiswa untuk meningkatkan
kemampuan berbicara di depan publk:
1.
Meminimalkan Rasa Gugup
dan Takut
Hal
yang dilakukan mahasiswa untuk meminimlkan rasa rasa gugup dan takut saat
berbicara di depan publik adalah yang pertama dengan melakukan pendekatan
rasional, yaitu dengan memberi sugesti kepada diri sendiri untuk tidak menjadi
orang yang penakut. Yang kedua adalah menghindari kontak mata dengan para audience, karena hal tersebut dapat
membuat pembicara menjadi sangat gugup. Ketiga, atur napas sebelum tampil
berbicara di depan publik, karena dengan mengatur napas sebelum berbicara di
depan publik, dapat menyegarkan otak, sehingga dapat melawan rasa gugup dan
rasa takut karena bisa berfikir positif dan bisa yakin dengan apa yang akan
disampaikan.
2. Meningkatkan
Rasa Percaya diri
Upaya
yang dilakukan mahasiswa untuk meningkatkan rasa percaya diri saat berbicara di
depan publik adalah yang pertama ketika berbicara di depan publik jangan
terpengaruh dengan kondisi sekitar yang membuat kepercayaan diri hilang, tetapi
tetaplah fokus dengan yang akan disampaikan dan yakin bahwa bisa melakukannya,
dalam artian tetap positif thingking terhadap diri sendiri. Kedua adalah tersenyum,
karena senyum dapat mengurangi stres ketika berbicara di depan publik, sehingga
rasa prcaya diri akan timbul.
3. Kuasai
Materi Yang Akan Disampaikan
Berdasarkan
hasil dari jawaban kuesioner yang dibagikan kepada 20 responden, banyak yang
megalami kesulitan berbicara di depan publik akibat dari kurangnya penguasaan
bahan yang ingin disampaikan. Dan dari masalah tersebut mahasiswa dapat
mengatasinya dengan beberapa metode, yaitu:
a. Menghafal
dan memahami materi yang akan disampaikan sebelum tampil berbicara di depan
publik. Metode ini dapat membantu mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan
berbicara di depan publik, karena dengan memahami materi yang akan disampaikan,
pembicara akan lebih mudah menyampaikannya dengan bahasa yang sederhana dan
dapat komunikatif dengan audiensnya.
b. Menggunakan
alat bantu peraga saat berbicara di depan publik, seperti membuat slide presentasi
yang bisa ditampilakan dengan proyektor, sehingga mahasiswa dapat ingat dengan
point-point yang ingin disampaikan karena dibantu dengan slide presentasi yang
ditampilkan.
c. Membaca
point-point bahasan sebelum tampil berbicara di depan publik. Metode ini dapat
membantu mahasiswa untuk bisa lancar berbicara di depan publik, karena dengan
membaca poin-point bahasan yang ingin disampaikan sebelum tampil akan memudahkan
mahasiswa untuk cepat paham dengan yang ingin disampaikan dan bisa mengetahui
mana yang lebih penting untuk disampaikan.
d. Membawa
kertas kecil saat berbicara di depan publik. Metode ini cukup membantu
mahasiswa untuk bisa berbicara di depan publik. Dengan membewa kertas kecil
yang berisi tentang materi yang akan disampaikan tersebut, lebih memudahkan
mahasiswa untuk mengurutkan apa-apa yang akan disampaikan, sehingga tidak ada
materi yang terlupa untuk disampaikan.
Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Erna Andriyanti (2006) upaya jangka pendek yang dapat dilakukan
mahasiswa dalam meningkatkan kemampuan berbicara di depan publik adalah
penciptaan suasana yang nyaman agar mahasiswa tertantang untuk berbicara di
depan publik, yaitu dengan meningkatkan rasa percaya diri, dan peningkatan
keterlibatan mahasiswa dalam aktifitas kelas.
4.
Berani Untuk Mencoba
Yang paling
penting untuk meningkatkan kemampuan berbicara di depan publik adalah motivasi
dalam diri sendiri yaitu berani untuk mencoba terlebih dahulu. Jangan dulu
memikirkan tentang apa yang disampaikan tidak akan diterima oleh orang lain,
tetapi harus berani untuk mengemukakan ide atau pendapat yang ada pada diri
terlebih dahulu. Sehingga jika sudah dibangun rasa berani untuk berbicara di
depan publik, maka berbicara di depan publik tidak lagi menjadi masalah atau
beban, tetapi menjadi suatu kebutuhan karena ide atau pendapat tersebut perlu
untuk disampaikan.
5.
Berdo’a Sebelum Tampil Berbicara di Depan
Publik
Berdo’a adalah usaha yang kecil,
tetapi memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kelancaran berbicara di
depan publik, karena menyangkut dengan keyakinan seorang makhluk kepada
penciptanya. Jika seseorang telah memiliki keyakinan yang kuat terhadap
penciptanya atau Tuhannya, maka semua keraguan yang ada dalam dirinya akan
hilang karena dia yakin semua kebaikan hanyalah milik Tuahn Yang Maha Esa.
3.2. Upaya Jangka Panjang Yang
Dilakukan Mahasiswa Untuk Meningkatkan Kemampuan Di Depan Publik
Untuk
meningkatkan kemampuan berbicara di depan publik harus dilakukan usaha yang
cukup keras demi tercapainya keterampilan berbicara di depan publik yang baik.
Berikut ini adalah beberapa upaya yang dilakukan mahasiswa untuk meningkatkan
kemampuan berbicara di depan publik:
1.
Latihan Terus Menerus
Sesuatu
perbuatan atau kegiatan yang dilakukan akan lebih baik kualitasnya dengan
melakukan latihan secara terus menerus. Begitu juga dengan berbicara di depan
publik, jika ingin meningkatkan kemampuan untuk bisa berbicara di depan publik
perlu dilakukan latihan terus menerus atau rutin. Berdasarkan hasil dari
kuesioner yang dilakukan, hampir seluruh mahasiswa mengalami kesulitan saat
berbicara di depan publik untuk pertama kalinya. Maka dari itu dapat
disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan berbicara di depan publik perlu
dilakukan latihan yang secara terus menerus.
2. Sering
Bertukar Pikiran dengan Orang Lain
Hal ini
sangat membantu mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan berbicara di depan
publik, karena dengan sering melakukan tukar pikiran dengan orang lain maka
wawasan akan tambah luas dan pikiran pun akan jernih, sehingga akan terbentuk
pribadi yang selalu terbuka dan berani untuk mengungkapkan ide-ide atau
pendapat yang cemerlang.
3. Berusaha
Untuk Selalu Memiliki Akhlak Yang Baik
Jika
seseorang telah memiliki akhlak yang baik, maka dia akan merasa tenang dengan
apa yang akan dia lakukan. Contohnya: jika seseorang itu selalu menghargai
orang lain, maka ketika dia tampil berbicara di depan publik dia akan dihargai
juga. Namun sebaliknya jika seseorang itu memiliki kepribadian yang buruk,
seperti selalu mengejek orang lain saat orang lain tersebut melakukan kesalahan,
maka dia akan takut untuk tampil berbicara di depan publik karena merasa
bersalah dengan sikapnya tersebut.
4.
Sering Melakukan Latihan Otak Kanan
Hal ini sangat membantu mahasiswa untuk meningkatkan
kemampuan berbicara di depan publik, untuk mengatasi masalah tidak menguasai
materi yang akan disampaikan saat berbicara di depan publik. Secara ilmu
biologi otak kanan manusia memiliki kapasitas yang lebih besar dari otak kiri,
sehingga jika menggunakan otak kanan untuk memahami materi yang akan disampaikan
akan tersimpan lama di dalam otak kita. Dan itu memudakan mahasiswa untuk cepat
ingat dengan yang akan disampaikan. Selain itu, otak kanan manusia memiliki
beberapa sifat seperti lebih fleksibel, menerima hal-hal baru yang terkadang
tidak logis, imajinatif, penuh inovasi, kreatif, dan dilakukan secara tidak
sadar berdasarkan kebiasaan-kebiasaan. Maka dari itu, metode sering melatih
otak kanan, sangat membantu mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan berbicara di
depan publik, karena otak kanan mampu menguasai tehnik-tehnik berbicara di
depan umum dengann hipnotis atau tidak sadar karena telah terbiasa. Jika sudah
mengetahui dasar-dasar untuk berbicara di depan publik dengan baik, maka
mahasiswa juga akan mampu seperti
pembicara hebat lainya yang memiliki teknik berbicara yang baik di depan umum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar