Sabtu, 15 Oktober 2016

ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG



ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI
HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG




Dosen Pembimbing: Heri Setiawan, S.E., M.AB.


Oleh:
Aidillah Putri                                      061440610885
Kurnia Illahi                                        061440610896
Malus                                                  061440610899
Nindy Lupita Sari                               061446010900


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
USAHA PERJALANAN WISATA 1 BPA
TAHUN 2014/2015



ABSTRAK

Rekreasi adalah suatu aktivitas untuk memberikan kesenangan dan sebagai sarana untuk mengembalikan kesegaran pada sikap mental. Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan satu-satunya tempat rekreasi bernuansa alam yang ada di kota Palembang dan primadona bagi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang dampak Taman Wisata  Alam Punti Kayu terhadap perekonomian warga sekitar, permasalahan yang dihadapi dari kegiatan pariwisata Hutan Punti Kayu Palembang, karakteristik yang dimiliki oleh pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal, dan masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi demand pariwisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Hasil penelitian diambil dari beberapa sampel yang meliputi pengunjung, pedagang, dan bagian humas Taman Wisata Alam Punti Kayu. Akan tetapi sebagian besar pedagang menyatakan bahwa dari tahun ke tahun pendapatan mereka semakin menurun dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu kami melakukan penelitian mengenai dampak okonomi dari kegiatan pariwisata Puti Kayu terhadap masyarakat disekitar serta penyebab terjadinya penurunan pendapatan yang diperoleh oleh para pedagang di area Taman Wisata Alam Punti Kayu.
Kata kunci: Taman Wisata Alam Punti Kayu, dampak ekonomi, penurunan pendapatan.









BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pariwisata di Indonesia saat ini semakin mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan Republik Indonesia yang mencanangkan program Visit Indonesia sejak tahun 2009. Keseriusan pemerintah terhadap sektor pariwisata diharapkan dapat memberika efek positif terhadap perekonomian Indonesia.
Salah satu efek positif dari berkembangnya sektor pariwisata adalah dapat menurunkan angka pengangguran di suatu negara karena dengan berkembangnya sektor ini dapat membantu menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar objek wisata tersebut (Gunawan, et al., 2007). Dampak lain yang timbul dari berkembangnya sektor pariwisata adalah efek berantaiyang akan dapat menciptakan pula lapangan kerja di sektor lain yang terkait, serta dapat pula membantu meningkatkan tingkat pendapatan dan standar hidup.
Efek positif lain dari sektor pariwisata juga adalah dapat meningkatkan cadangan devisa, serta dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di suatu negara. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2009), penerimaan devisa negara Indonesia yang berasal dari sektor pariwisata pada tahun 2008 mengalami peningkatan yang signifikan dan mencapai angka 7,4 milliar dollar AS dari devisa tahun 2007 yang hanya sebesar 5,3 milliar dollar AS. Hal ini terbukti bahwa penerimaan devisa dari sektor ini mengalami peningkatan sebesar 2,1 milliar dollar AS atau hampir mendekati angka 40%.
Dilihat dari konteks pengelolaan lingkungan, pengelolaan pariwisata berbasiskan alam dapat membantu upaya konservasi dan perlindungan terhadap keanekaragaman hayati yang ada di dalam suatu objek wisata alam tersebut. Hal ini dikatakan bahwa pariwisata berbasiskan alam merupakan instrumen yang dapat memadukan pembangunan ekonomi masyarakat sekitar dan upaya konservasi.
Sebagai upaya untuk menikmati dampak positif dari pariwisata, Indonesia berupaya untuk segera memaksimalkan kegiatan di sektor pariwisata karena dari kegiatan ini dapat membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran. Kegiatan wisata ini mampu memberikan banyak lapangan baru mulai dari pengadaan jasa akomodasi, usaha restoran, layanan wisata, hingga bisnis cinderamata khas dari daerah setempat. Pengembangan sektor pariwisata dengan memperhatikanasas berkelanjutan juga akan dapat menjadi kegiatan riil yang dapat mengurangi masalah kemiskinan di Indonesia.
Pulau Sumatera memiliki banyak objek wisata alam yang menarik untuk dikunjungi, begitu pula dengan objek wisata alam yang ada di Kota Palembang. Kota Palembang sebagai salah satu kota yang mendukung program Visit Indonesia 2009 mampu menawarkan beberapa objek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Dukungan bentang alam menjadi salah satu kekuatan dalam pengembangan parwisata berbasiskan alam. Saat ini, pemerintah Kota Palembang terus mengembangkan objek wisata yang bernuansakan alam. Salah satu objek wisata yang memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut di Kota Palembang adalah Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.
Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan satu-satunya hutan wisata di Sumatera Selatan yang letaknya hanya enam kilometer dari pusat kota. Hutan wisata yang mengembangkan konsep konservasi dan perlindungan terhadap keanekaragaman hayati, tentu memiliki nilai estetika pemandangan yang menarik, serta adanya hewan-hewan seperti Kera ekor panjang (Macaca fasicicularis), Beruk (Macaca nemistriana), dan sebagainya. Oleh karena itu, pengembangan pariwisata ini dapat diharapkan pemerintah Kota Palembang untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Yuyus, 2010).
Adanya pengembangan kawasan wisata Hutan Wisata Punti Kayu
Palembang memberikan dampak kepada masyarakat sekitar untuk meningkatkan pendapatannya, meningkatkan kesempatan kerja, serta memberikan peluang membuka usaha di sekitar objek wisata ini. Sejauh ini, belum diketahui besarnya dampak yang diberikan dari kegiatan wisata tersebut dalam hal perubahan kondisi ekonomi masyarakat sekitar. Oleh sebab itu, diperlukan penelitian terhadap hal di atas agar mampu membantu masyarakat sekitar untuk lebih menyadari akan pentingnya pengembangan kawasan objek wisata ini bagi peningkatan perekonomiannya, serta berusaha menggerakkan masyarakat setempat untuk menjaga dan melindungi kawasan objek wisata tersebut. Hal lain yang dapat dilakukan adalah membantu pengelola kawasan wisata dalam mengevaluasi dan meningkatkan pelaksanaan dari kegiatan wisata.


1.2. Rumusan Masalah
Usaha Pemerintah Kota Palembang dalam rangka memajukan pariwisata memiliki dampak yang besar untuk peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan mampu memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal. Potensi yang strategis dari Kota Palembang dan letaknya yang tidak terlampau jauh dari ibukota Indonesia juga menjadi dasar Pemerintah Kota Palembang untuk memajukan sektor pariwisata.
Bentang alam yang menarik adalah sesuatu hal yang layak untuk dijadikan kawasan pariwisata, terutama wisata yang berbasiskan alam. Faktor ini pula akan memicu bertambahnya jumlah kunjungan wisatawan, baik wisatawan yang berasal dari dalam maupun luar Kota Palembang. Oleh karena itu, diperlukan peranan yang besar bagi masyarakat sekitar untuk dapat menjaga kelestarian dan konservasi sumberdaya alam yang ada didalam kawasan wisata tersebut.
Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan satu-satunya hutan wisata yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. Upaya yang harus dilakukan pengelola Hutan Wisata Punti Kayu Palembang beserta Pemerintah Daerah (PEMDA) setempat adalah dapat menarik para wisatawan untuk berkunjung ke hutan wisata tersebut. Pengunjung suatu kawasan wisata sangat bergantung dari fasilitas-fasilitas apa yang mampu ditawarkan suatu objek wisata, sehingga diharapkan pengelola dapat mengetahui karakteristik-karakteristik apa saja yang dimiliki pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal, dan masyarakat sekitar yang nantinya diharapkan akan membantu pengelola dalam menetapkan kebijakan pengelolaan wisata untuk masa yang akan datang.
Daya tarik yang dimiliki oleh Hutan Wisata Punti Kayu Palembang adalah sesuatu yang bersumber pada karakteristik objek wisatanya yang dapat mengembangkan prinsip-prinsip perlindungan keanekaragaman jenis tumbuhan hayati dan satwa serta mampu memperhatikan konsep-konsep konservasi. Namun, karakteristik yang indah dari kawasan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dirusak dengan tingkah laku pengunjung yang membuang sampah tidak pada tempatnya, cenderung merusak properti yang ada, dan cenderung berkelakuan ”kurang baik” pada saat berwisata. Hal tersebut yang dapat membuat wisatawan enggan berkunjung ke objek wisata alam ini. Berdasarkan penelitian terdahulu, apabila terjadi penurunan jumlah kunjungan wisata, maka diduga akan berdampak langsung kepada perekonomian masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, terutama pada masyarakat sekitar yang memiliki usaha di sekitar Hutan Wisata Punti Kayu tersebut.
Dampak ekonomi yang terkait dengan perekonomian masyarakat sekitar dari kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan hal yang perlu dikaji lebih dalam. Sejauh ini belum ada studi tentang analisis dampak ekonomi kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang sehingga nilai dampak ekonomi dari kegiatan wisatabagi masyarakat lokal belum dapat diketahui.
Pada dasarnya, Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan kawasan konservasi. Namun, di kawasan konservasi tersebut ada zona yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata (di luar zona inti kawasan konservasi). Zona yang akan dimanfaatkan untuk kegiatan wisata diharapkan dapat memberikan pemasukan. Pada akhirnya, pemasukan tersebut juga akan digunakan untuk pelestarian kawasan konservasi. Dari adanya kegiatan wisata pula diharapkan dapat memunculkan dampak ekonomi, baik dampak ekonomi secara langsung, tidak langsung, maupun dampak ekonomi lanjutannya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang ada di kawasan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang:
1.      Bagaimana dampak ekonomi yang timbul akibat dari kegiatan wisata di sekitar objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang?
2.      Apa permasalahan yang dihadapi dari kegiatan pariwisata Hutan Punti Kayu Palembang?
3.      Bagaimana karakteristik yang dimiliki oleh pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal, dan masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang?
4.      Apa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi demand pariwisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang?


1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka muncul beberapa tujuan penelitian yang ingin dicapai, yaitu:
1.      Menganalisis dampak ekonomi yang timbul akibat dari kegiatan wisata di sekitar objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.
2.      Mengidentifikasi maslah yang dihadapi dari kergiatan pariwisata di sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.
3.      Mengidentifikasi karakteristik pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal, dan masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.
4.      Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi demand pariwisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.


1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah:
1.      Penelitian ini dilakukan di objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.
2.      Masyarakat yang menjadi responden adalah kepala keluarga atau anggota dari keluarga tersebut yang berada di sekitar Hutan Wisata Punti Kayu.
3.      Pengunjung yang menjadi responden adalah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, baik yang berkelompok ataupun individu.
4.      Unit usaha dan tenaga kerja lokal yang menjadi responden adalah masyarakat lokal di sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.
5.      Analisis dampak ekonomi dilihat dari sisi arus uang yang terjadi di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.



























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pariwisata
Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 dalam Alexa (2009), yang dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Pariwisata meliputi: semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata, pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti kawasan wisata, taman rekreasi, peninggalan-peninggalan sejarah, museum, waduk, tata kehidupan masyarakat dan yang bersifat alamiah (keindahan alam, gunung berapi, danau, dan pantai), serta pengusahaan jasa dan sarana pariwisata.
Berbeda menurut Pendit (1999), pariwisata dapat diartikan sebagai salah
satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang
cepat dalam penyediaan lapangan pekerjaan, peningkatan penghasilan dan standar
hidup, serta menstimulasi sektor-sektor produktifitas lainnya. Institut of Tourism
Britainmenyatakan pula bahwa pariwisata adalah kepergian orang-orang sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan bekerja sehari-hari dengan berbagai kegiatanselama seharian atau
lebih (Susilowati, 2009). Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pariwisata merupakan suatu kegiatan dimana orang-orang berpergian ke suatu tempat dalam jangka waktu yang pendek dan melakukan kegiatan di tempat tersebut selama seharian atau lebih, serta pengelola wisatanya
akan mendapatkan tambahan penghasilan dari orang-orang yang berwisata ke
tempat tersebut.

2.2. Wisata Alam
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, yang dimaksud dengan taman
wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk
pariwisata dan rekreasi alam. Lain halnya dengan Pasal 31 dari Undang-Undang
No.5 Tahun 1990 yang menyebut bahwa taman wisata alam itu sebagai suatu
kegiatan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan dan pendidikan, serta
menunjang budidaya dan wisata alam. Pasal 34 menyebutkan pula bahwa pengelolaan taman wisata alam dilaksanakan oleh pemerintah (Alexa, 2009).
Kesimpulan dari uraian di atas adalah objek wisata alam merupakan
sumberdaya alam yang berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan serta
ditujukan untuk pembinaan cinta alam, baik dalam kegiatan alam maupun pembudidayaan, sedangkan wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan
yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang memiliki daya tarik tersendiri
bagi wisatawan dan tata lingkungannya. Umumnya, daya tarik dari wisata alam
ini adalah kondisi alamnya itu sendiri. Objek wisata alam dapat diklasifikasikan
seperti yang ada di bawah ini:
1.      Flora dan Fauna
Jenis flora dan fauna yang ada memiliki keunikan dan kekhasan tertentu,
contohnya: Bunga Rafflessia, Kantong Semar, Badak Bercula Satu, Harimau Sumatera, Beruk, dan Orang Utan.
2.      Keunikan dan kekhasan ekosistem
Sesuai dengan keadaan geografis kawasan yang bervariasi, maka muncul
ekosistem yang unik dan khas seperti ekosistem pantai, hutan, daratan rendah, hutan hujan tropis, mangrove, gambut, dan rawa.
3.      Gejala alam
Potensi objek wisata alam berupa gejala alam, antara lain: kawah, sumber air panas, gleiser, air terjun, dan matahari terbit.
4.      Budidaya sumberdaya alam
Potensi objek wisata yang berupa budidaya sumberdaya alam, misalnya
sawah, perkebunan, perikanan, dan kebun binatang.

2.3. Pengertian Hutan Wisata
Menurut Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor 687/KPTS II/1989 Bab
I Ketentuan Umum, Pasal 1 Ayat 1: bahwa hutan wisata adalah kawasan hutan yang diperuntukkan secara khusus, dibina, dan dipelihara guna kepentingan pariwisata dan wisata buru, sedangkan hutan wisata yang memiliki keindahan alam dan ciri khas tersendiri sehinggadapat dimanfaatkan bagi kepentingan rekreasi dan budaya disebut taman wisata (Alexa, 2009).
Hutan wisata merupakan salah satu bagian dari wisata alam. Hutan wisata
pula masuk dalam klasifikasi kawasan ex-situ. Dimana kawasan ex-situ memiliki
arti sebagai kawasan konservasi dari flora dan fauna di luar habitat aslinya, contonya adalah wisata di Kebun Raya Bogor.
Hutan wisata ini pula memiliki arti penting terhadap keberadaannya. Selain dapat dimanfaatkan sebagai paru-paru kota yang dapat mengurangi polusi
udara di lingkungan sekitar, hutan wisata inipun memiliki fungsi sebagai kawasan
konservasi. Ada zona pada kawasan konservasi pula yang dimanfaatkan sebagai
tempat wisata. Kawasan yang akan dijadikan sebagai tempat wisata ini diharapkan
dapat memberikan pemasukan untuk pelestarian kawasan konservasi tersebut.

2.4. Wisatawan
World Tourism Organization (WTO) menyebut wisatawan sebagai seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan ke sebuah atau beberapa negara di luar tempat tinggal biasanya atau keluar dari lingkungan
tempat tinggalnya untuk periode kurang dari 12 (dua belas) bulan dan memiliki
tujuan untuk melakukan berbagai aktivitas wisata. Terminologi ini mencakup
penumpang kapal pesiar (cruise ship passenger) yang datang dari negara lain dan
kembali dengan catatan bermalam.
Menurut Udayana United Tourism (2010), terdapat ciri-ciri perjalanan
wisata yang membedakan wisatawan dari orang-orang lain yang bepergian:
1.      Sementara, untuk membedakannya dari perjalanan tiada henti yang dilakukan orang petualang (tramp) dan pengembara (nomad).
2.      Sukarela atau atas kemauan sendiri, untuk membedakannya dari perjalanan terpaksa yang harus dilakukan orang yang diasingkan (exile) dan pengungsi (refugee).
3.      Perjalanan pulang pergi, untuk membedakannya dari perjalanan satu arah yang dilakukan orang yang berpindah ke negeri lain (migrant).
4.      Relatif lama, untuk membedakannya dari perjalanan pesiar (excursion) atau bepergian (tripper).
5.      Tidak berulang-ulang, untuk membedakannya dari perjalanan berkali-kali yang dilakukan orang yang memiliki rumah istirahat (holiday house owner).
6.      Tidak sebagai alat, untuk membedakannya dari perjalanan sebagai cara untuk mencapai tujuan lain, seperti perjalanan dalam rangka menjalankan usaha, perjalanan yang dilakukan pedagang, dan orang yang berziarah.
7.      Untuk sesuatu yang baru dan perubahan, untuk membedakannya dari perjalanan untuk tujuan-tujuan lain. Masih menurut Udayana United Tourism (2010), wisatawan internasional adalah setiap orang yang bepergian ke negara lain dari negara tempat tinggalnya, tujuan kunjungannya bukan untuk melakukan pekerjaan yang dibayar di negara yang dikunjunginya dan tinggal disana selama setahun atau kurang dari setahun. Seorang wisatawaninternasional disebut pengunjung dalam pengertian di atas, setidak-tidaknya tinggal satu malam tetapi tidak lebidari satu tahun di negara yang dikunjunginya dan tujuan kunjungannyadapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.       Kesenangan: liburan, budaya, olahraga, tujuan yang menyenangkan lainnya.
b.      Professional: pertemuan, perutusan, usaha.
c.       Tujuan-tujuan lainnya: pendidikan, kesehatan, ziarah.

2.5. Motivasi Berwisata
Menurut Pearce et al. (1998) dalam Pandupitiyo (2011), motivasi berwisata dapat didefinisikan sebagai penggabungan secara global jaringan-jaringan biologi dan kekuatan alam yang memberi nilai dan arah dalam
pilihan berwisata, perilaku, dan pengalaman dalam berwisata. Motif general yang dapat digarisbawahi oleh para peneliti mengenai mengapa kepariwisataan alam ini sangat cepat berkembang adalahperilaku lingkungan yang berubah dan sifatnya merata di seluruh dunia, perkembangan pendidikan, serta perkembangan media massa. Morrison dan Rutledge pada tahun 1998 juga pernah mempresentasikan sepuluh trendyang dapat merepresentasikan persoalan-persoalan penting mengenai gambaran motif berwisata. Empat motif dari trendberwisata tersebut diantaranya adalahmotif untuk mengambil pengalaman dari lingkungan, motif untuk relax di tempat yang relatif menyenangkan, motif untuk mengejar ketertarikan dan mengaplikasikan skill, serta motif untuk menjaga kesehatan dan vitalitas tubuh.

2.6. Demand Wisata
Nugraha (2008) mendefinisikan demand rekreasi adalah penduduk yang berkeinginan dan berkemampuan untuk mengadakan perjalanan, atau dengan kata
lain sebagai wisatawan. Interpretasi awal dari sebuah demand adalah apa yang
orang akan atau dapat lakukan apabila diberi suatu pilihan. Ada dua pendekatan
yang dapat digunakan dalam memperkirakan demand rekreasi, yaitu orientasi pada pemikiran tentang apa yang sebaiknya orang lakukan dan untuk memberi
tahu apa yang orang inginkan. Faktor-faktor penentu demand pariwisata merupakan faktor yang bekerja di masyarakat dalam mendorong, serta menetapkan batas volume permintaan terhadap liburan dan perjalanan. Faktor penentu demand pariwisata tersebut juga menjelaskan mengapa populasi dari bebe
rapa negara memiliki kecenderungan tinggi untuk berpartisipasi dalam kegiatan wisata, sedangkan ada populasi di negara lain yang masih memiliki kecenderungan rendah untuk melakukan kegiatan wisata. Faktor penentu ini harus dibedakan dari motivasi dan perilaku konsumennya. Beberapa peneliti telah menjelaskan bahwa motivasi merupakan faktor internal yang bekerja di dalam setiap individu, dinyatakan sebagai kebutuhan, keinginan, serta memiliki keinginan bahwa pariwisata dapat mempengaruhi pilihan seseorang (Vanhove,2005).
Menurut Vanhove (2005) juga, seorang manager pemasaran harus mengetahui mengapa dan bagaimana konsumen membuat pilihan dalam
menentukan tempat tujuan dari liburan mereka. Selain itu, manager pemasaran perlu memahami bagaimana faktor internal dari psikologis konsumen yang dapat
mempengaruhi pemilihan tempat untuk berlibur, serta jenis produk wisata apa
yang ditawarkan di tempat tersebut. Dalam pemasaran, proses ini dikenal sebagai aspek dari perilaku pembeli. Ada sembilan faktor penentu seseorang dalam melakukan kegiatan wisata. Faktor-faktor penentu dalam melakukan kegiatan wisata menurut Vanhove (2005), antara lain:
1.      Faktor ekonomi
2.      Faktor perbandingan harga
3.      Faktor demografis
4.      Faktor geografis
5.      Sikap sosial-budaya
6.      Mobilitas
7.      Peraturan yang ditetapkan pemerintah setempat
8.      Media komunikasi, serta
9.      Teknologi informasi dan komunikasi.

2.7. Dampak Pariwisata Secara Umum
Dampak pariwisata secara umum dibagi dalam tiga kelompok besar. Tiga kelompok besar tersebut diantaranya, pertama adalah dampak sosio-ekonomik yang mengkaji tentang peningkatan pendapatan individual dan komunal, kedua
dampak sosio-kultural yang mengkaji dari sudut pandang pelanggaran/terusiknya
sistem budaya dan religi, menjembatani perbedaan/meningkatkan saling pengertian, kepedulian lokasi terhadap pelestarian budaya, dan efek demonstrasi,
serta yang ketiga mengenai dampak terhadap lingkungan. Dampak terhadap lingkungan ini mengkaji tentang peningkatan kesadaran masyarakat lokal terhadap lingkungan, penurunan kualitas lingkungan, dan perbaikan kualitas
lingkungan (Pratiwi, 2010).

2.8. Dampak Ekonomi Pariwisata
Sektor pariwisata mampu memberikan manfaat ekonomi terhadap suatu
wilayah atau negara karena sektor pariwisata ini mampu menyediakan opportunity
bagi pekerjaan, terutama pekerjaan di bidang jasa pariwisata. Sektor wisata juga pada umumnya dapat membantu meningkatkan pendapatan suatu negara, baik di kalangan internasional, nasional, regional maupun lokal. Selain itu, sektor pariwisata dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Hal ini disebabkan karena uang yang masuk ke daerah te
rsebut akan digunakan seseorang untuk membuka bisnis baru di sektor wisata (Rowe A et al. 2002).
Pada dasarnya analisis dampak ekonomi pariwisata menelusuri aliran uang
dari belanja wisatawan, yaitu (1) Kalangan usaha dan badan-badan pemerintah
selaku penerima pengeluaran wisatawan, (2) Bidang usaha lainnya selaku pemasok barang dan jasa kepada usaha di bidang pariwisata, (3) Rumah tangga
selaku penerima penghasilan dari pekerjaan di bidang pariwisata dan industri
penunjangnya, (4) Pemerintah melalui berbagai macam pajak dan pungutan resmi
dari wisatawan, usaha, dan rumah tangga. Pengaruh total pariwisata terhadap ekonomi wilayah dapat berupa dampak langsung (directeffects) yang diterima unit usaha dari pembelanjaan pengunjung, dampak tidak langsung (indirect effects) berupa pengeluaran yang dikeluarkan unit usaha untuk pembayaran upah tenaga kerja pada unit usaha, sedangkan dampak ikutannya (inducedeffects) berupa perubahan dalam aktivitas ekonomi wilayah yang dihasilkan dari pembelanjaan tenaga kerja tersebut untuk kebutuhan konsumsinya (Vanhove, 2005).

2.9.Dampak Ekonomi Pariwisata Alam Terhadap Ekonomi Wilayah
Konsep multiplier merupakan istilah yang digunakan untuk menghitung
manfaat dari pariwisata di suatu regional. Pengeluaran wisatawan berupa uang di daerah tujuan wisata dapat memberikan manfaat langsung maupun manfaat tidak langsung yang diterima oleh unit-unit usaha yang berkembang. Suatu objek wisata yang mampu menawarkan fasilitas wisata, seperti hotel, Other local business Tourism spending Local tourism business Employee wages Leakages atraksi-atraksi wisata, serta penyewaan jasa transportasi di lokasi wisata merupakan contoh manfaat langsung yang diterima yang berasal dari pengeluaran
pengunjung. Bisnis lainnya yang dapat mengambil manfaat dengan adanya kegiatan wisata, diantaranya toko-toko souvenir, bank/atm, serta bisnis-bisnis yang mampu menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan wisatawan (Rowe A
et al. 2002). Efek pengganda uang terus sampai akhirnya “kebocoran” dari ekonomi melalui pembelian barang dari negara lain (mengimpor barang tersebut).
Kebocoran ekonomi dari pengeluaran wisatawan dimulai sebelum
wisatawan tersebut mencapai daerah tujuan wisatanya. Kebocoran ekonomi dari
pariwisata kemungkinan dapat digambarkan sebagai total pendapatan yang gagal
didapatkan di sistem ekonomi daerah tujuan wisata, dari total pengeluaran wisatawan. Faktor-faktor yang mungkin meningkatkan tingkat kebocoran ekonomi, dan mengurangi profit (keuntungan) ekonomi dari pariwisata untuk
masyarakat sekitar objek wisata diantaranya termasuk tingkat kepemilikan asing
dari industri pariwisata serta bagi hasil kepada pemegang saham yang tinggal di
luar daerah tersebut, makanan dan minuman yang berasal dari luar daerah tujuan wisata.














BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.            Analisis Dampak Ekonomi KegiatanWisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang
Adanya kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang akan menimbulkan dampak terhadap masyarakat sekitar objek wisata. Dampak yang muncul dari suatu kegiatan wisata, yaitu munculnya dampak ekonomi. Dampak ekonomi tersebut dapat bersifat positif dan negatif. Dampak positif yang muncul dari adanya dampak ekonomi dapat bersifat langsung (direct). Munculnya lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar, baik berprofesi sebagai petugas kebersihan dan keamanan, serta profesi lain yang sesuai dengan kemampuan masyarakat setempat adalah salah satu contoh dampak positif langsung (direct impact) yang muncul dengan adanya kegiatan wisata. Selain hal itu, dampak positif  langsung lain yang muncul, seperti adanya pedagang-pedagang baru yang berjualan makanan, minuman, dan sebagainya di sekitar kawasan wisata. Hal yang demikian akan membuat masyarakat sekitar mampu meningkatkan taraf hidupnya. Selain dampak positif langsung yang muncul, ada dampak lain yang akan
timbul pula seperti dampak tidak langsung (indirect impact). Dampak tidak langsung berupa aktivitas ekonomi lokal dari suatu pembelanjaan unit usaha penerima dampak langsung dan dampak lanjutan (induced impact). Dampak lanjutan ini dapat diartikan sebagai aktivitas ekonomi lokal lanjutan dari tambahan pendapatan masyarakat lokal.
            Keberadaan kawasan wisata membuka peluang bagi masyarakat sekitar untuk membuka usaha yang berkaitan dengan kebutuhan pengunjung selama berwisata. Unit usaha yang berkembang di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang saat ini masih sangat sedikit dan bersifat homogen. Sehingga perputaran arus uang yang terjadi diantara pengunjung dengan masyarakat lokal masih sangat kecil. Unit usaha yang berkembang di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang saat ini meliputi warung makan berjumlah 13 unit, warung minuman 3 unit, dan usaha foto keliling 2 orang
            Menurut hasil penelitian yang telah diperoleh menunjukkan bahwa kegiatan periwisata Hutan Punti Kayu belum mampu mensejahterakan para pedagang  yang berada diarena Hutan Punti Kayu. Menurut salah satu pedangang yang berada di Taman Wisata Hutan Punti Kayu, mengatakan:
            “selama 20 tahun saya bekerja disini mengamlami banyak pasang surut pendapatan, mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 300.000 per hari itu pun saat-saat tertentu seperti tahun baru atau hari libur, dan dari tahun ke tahun pendapatan saya semakin menurun”, ( Nurma, 30th).
            Akan tetapi dari hasil penelitian terhadap salah satu pegawai di bagian penjualan tiket menyatakan bahwa pengunjung dari tahun ke tahun semakin mengingkat, hal ini di sebabkan banyak nya renovasi yang telah di lakukan dan penambahan obyek daya tarik yang semakin lama semakin di kembangkan seperti akan di bangun replika tujuh keajaiban dunia yang saat ini sedang dalam proses, (Nita, 18th).
            Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pandapatan para pedagang makanan dan minuman semakin menurun di karenakan para pengunjung hanya melakukan rekreasi seperti outbonce, foto prawedding, atau hanya sekedar berkunjung menghilangkan penat. Sehingga mereka tidak banya membeli makanan di daerah Hutan Wisata Punti Kayu. Selain itu bagi mereka yang melakukan kegiatan outbonce mereka memilih membawa bekal sendiri dari rumah. Dan untuk pengujung yang memilih Hutan Punti Kayu sebagai tempat pengambilan foto prawedding juga tidak terlalu memerlukan makanan yang di jual oleh para pedagang.
Untuk baiya tiket masuk yang diberlakukan di hutan wisata tersebut relatif berbeda berdasarkan kategori usia pengunjungnya. Pengunjung dewasa membayar tiket masuk sebesar Rp 10.000,- dan Rp 7.000,- untuk pengunjung anak-anak yang berusia di bawah 7 tahun. Sedangkan pada hari libur tiket masuk sebesa Rp12.500,- untuk pengunjung dewasa, sedangkan untuk anak-anak sebesar Rp10.000,- . Dan Pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki karakteristik sosial ekonomi, seperti pengunjungnya mayoritas berusia diantara 15-20 tahun, mayoritas diantara mereka berstatus belum menikah, dan sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa.
Arena wisata yang berada di 4 blok di atas memiliki harga tiket masuk yang berbeda-beda pula. Berikut ini ditampilkan daftar harga tiket masuk di setiap arena wisata.
Arena Wisata
Harga Tiket Masuk (Rp. /orang)
Arena danau
Rp 2.000,-
Fasilitas perahu dayung
Rp 10.000,-
Tiket masuk di arena bermain anak
Rp 3.000,-
Fasilitas kincir ria, komedi putar, dan jet putar
Rp 3.000,-
Arena satwa
Rp 5.000,-
Tiket masuk arena kolam renang
Rp 20.000,-
Arena Outbound (Flying Fox):
a.       Anak-anak
b.      Dewasa

Rp 15.000,-
Rp 10.000,-

Sehingga proporsi terbesar berupa penerimaan pemilik usaha, yaitu sebesar 52,96%. Adapun yang dimaksud dengan dampak ekonomi langsung adalah penerimaan yang diterima unit usaha dari pengeluaran pengunjung. Pada penelitian kali ini, penerimaan dari unit usaha memiliki proporsi paling besar. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang telah memberikan dampak ekonomi langsungnya. Proporsi selanjutnya diikuti oleh kebutuhan pangan harian dan biaya operasional unit usaha yang memberikan proporsi sebesar 31,64% dan 11,88%, sedangkan upah karyawan memberikan proporsi sebesar 3,52%.



3.2.            Kendala yang di alami Hutan Wisata Punti Kayu
Berdasarkan hasil penelitian kendala yang di alami oleh pihak pengelola Hutan Wisata Punti Kayu adalah masalah kebersihan dan kurang terawatnya tempat-tempat yang ada seperti toilet, serta pemberdayaan tenaga kerja yang kurang ahli dalam bidang pariwisata, sehigga para pengunjung yang datang kurang mendapat pelayanan yang memuaskan.

3.3. Karakteristik pengunjung
Taman Wisata Alam Punti Kayu merupakan salah satu potensi wisata alam yang ada di Kota Palembang dan menjadi daya tarik bagi pengunjung, baik dari dalam kota dan luar Kota Palembang.
Karakteristik pengunjung akan mempengaruhi pengembangan ekowisata (rekreasi) dan permintaan pasar ekowisata. Pengaruh tersebut merupakan hubungan antara kebutuhan wisata dengan kemampuan ekonomi pengunjung.
Secara umum pengunjung di TWA Punti Kayu didominasi oleh kalangan muda-mudi (umur ratarata 21,4 tahun) dengan pendidikan menengah keatas.
Penghasilan per bulan pengunjung TWA Punti Kayu rata-rata sebesar Rp 703.571. Karakteristik pengunjung selengkapnya meliputi umur, pendidikan, penghasilan/uang saku, biaya konsumsi, dan waktu kerja perhari disajikan pada Tabel 1.

Karakteristik
Satuan
minimum
maksimum
Rata-rata
Umur
Tahun
14
45
21,43
Pendidikan
Tahun
12
18
14
Penghasilan perbulan
Rupiah
60.000,00
4.000.000,00
703.571,00
Biaya konsumsi perhari
Rupiah
1.666,67
66,666,67
14.329,00
Waktu kerja perhari
Jam
4
12
6,83

Dari Tabel 1 dapat dilihat variasi pengunjung yang datang ke TWA Punti Kayu mulai dari umur, pendidikan, penghasilan, biaya konsumsi perhari sampai waktu kerja perhari,sehingga dapat dikatakan TWA Punti Kayu sebagai tempat
rekreasi alam yang terbuka bagi siapa saja.


Tabel 4. Distribusi jenis pekerjaan pengunjung Taman Wisata Alam Punti Kayu,Sumatera Selatan

Jenis pekerjaan
Jumalh pengunjung
Orang
Persentase
Pelajar
25
22,73%
Mahasiswa
20
18,18%
Karyawan
17
17%
Wiraswasta
18
16,36%
Sopir
5
4,54%
Pegawai negeri sipil (PSN)
11
10%
Pedagang
14
12,73%

3.4.Faktor-faktor yang mempengaruhi Demand pariwisata

3.4.1.  Distribusi dan Motivasi Pengunjung

Pengunjung TWA Punti Kayu berdasarkan jenis kelamin memiliki persentase
yang hampir seimbang antara laki-laki (53,63%) dan perempuan (46,36%). Pengunjung berdasarkan cara kunjungan umumnya datang berdua dengan teman atau kerabat (42,72%), bersama rombongan (27,27%), dan sendiri (5,45%). Adapun tujuan utama kunjungan ke TWA Punti Kayu adalah untuk rekreasi, menghilangkan kejenuhan (61,81%), menikmati pemandangan dan hewan (33,63%) serta tujuan lainnya, seperti aktivitas pemotretan dan acara perpisahan (4,54%). Motivasi menjadi faktor pendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan dalam mencapai tujuan yang diinginkan, begitu pula dengan pengunjung di TWA Punti Kayu. Proporsi motivasi pengunjung dapat dilihat pada Tabel 2.
Frekuensi kunjungan dipengaruhi
oleh tingkat kepuasan pengunjung terhadap TWA
Punti Kayu dan keterbatasan obyek wisata alam yang ada. Proporsi frekuensi kunjungan pengunjung di TWA Punti Kayu dapat dilihat pada Tabel 3. Proporsi pengunjung berdasarkan jenis pekerjaannya dapat dilihat pada Tabel
4. Kelompok pengunjung pelajar, mahasiswa dan wiraswasta yang besar menun
jukkan bahwa waktu kerja yang sedikit menyebabkan mereka dapat menikmati
rekreasi untuk mengisi waktu luang.

Tabel 2. Motivasi pengunjung Taman Wisata Alam Punti Kayu, Sumatera Selatan

MOTIVASI
ORANG
PERSENTASE
Kemudahan dijangkau dengan transportasi
39
35,45%
Sarana dan prasarana yang lengkap
17
15,45%
Suasana yang nyaman
21
19.09%
Kurang alternatif wisata alam
33
30%


Tabel 3. Frekuensi kunjungan pengunjung Taman Wisata Alam Punti Kayu,Sumatera Selatan

Frekurensi kunjungan
Orang
Persentase
Kunjungan pertama
15
13,64%
Kunjungan kedua
13
11,82%
Kunjungan ketiga
24
21,82%
Lebih dari tiga kunjungan
58
52,73%






















BAB IV
PENUTUP
3.5. Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan dari bab-bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan beberapa hal:
1.      Pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki karakteristik sosial ekonomi, seperti pengunjungnya mayoritas berusia diantara 15-25 tahun, mayoritas diantara mereka berstatus belum menikah, dan sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa. Adapun unit usaha yang berkembang di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memberikan pendapatan bersih per-hari sebesar Rp 50.000,- sampai Rp 250.000,- untuk waraung makan dan minum.
2.      Dari hasil penelitian dan estimasi dengan menggunakan regresi Poisson, ada empat faktor sosial-ekonomi yang dapat mempengaruhi fungsi permintaan wisata (demand pariwisata) di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Keempat faktor sosial-ekonomi tersebut adalah lama kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, jumlah tanggungan keluarga, pengetahuan pengunjung terhadap Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, serta taraf pendidikan pengunjung.

3.6. Kesimpulan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam peningkatan fasilitas maupun kualitas objek wisata oleh pengelola guna meningkatkan perekonomian masyarakat lokal, terutama bagi masyarakat yang telah membuka usahanya di lingkungan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Adapun saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1.      Pengelola wisata diharapkan agar lebih memperhatikan usaha pengembangan pariwisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Fasilitas-fasilitas yang masih dalam kondisi kurang baik, misalnya toilet agar dapat ditingkatkan jumlahnya dan kondisi air pada toilet tersebut diharapkan pula dapat dioperasikan pada waktu ramai kunjungan.
2.       Pengelola wisata diharapkan dapat bekerja sama dengan Pemerintah Daerah di lingkup Provinsi Sumatera Selatan dalam meningkatkan promosi wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dengan cara menawarkan paket-paket wisata kepada masyarakat Provinsi Sumatera Selatan pada khususnya dan masyarakat di luar Provinsi Sumatera Selatan pada umumnya.
3.      Pengelola wisata juga diharapkan dapat bekerja sama dengan LSM-LSM yang ada di Provinsi Sumatera Selatan dalam rangka mengenalkan wisata edukasi (edutourism) yang berbasiskan lingkungan atau konservasi kepada siswa Taman Kanak-Kanak (TK) dan siswa Sekolah Dasar (SD) yang ada di Provinsi Sumatera Selatan pada umumnya dan di Kota Palembang pada khususnya.

















DAFTAR PUATAKA

Alexa. 2009. Kumpulan-kumpulan definisi, pengertian, arti, istilah. Artikel. http://definisi-pengertian.blogspot.com/2009/11.[ 12 Mei 2010].
Anonimous. 2007. Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. http://www.puntikayu.com. [ 03 Mei 2010].
Astana S, Deden D, Lukas RW, Lasmanto GH, Nunung P, dan Indartik. 2007.
Dampak Pengganda Industri Pembibitan Gerakan Nasional
Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi Kehutanan 4(1):19-38.
Badan Penelitian dan Pengembanagan Provinsi Jawa Tengah. 2008. Faktor Daya Tarik Objek Sumberdaya Alam Sekawasan Sesuai Permintaan Pasar
dalam Meningkatkan Kunjungan Wisata Di Jawa Tengah Bagian Utara. Artikel. http://www.balitbangjateng.go.id. [ 12 Mei 2010].
Badan Pusat Statistik. 2008. Penerimaan Devisa Negara Indonesia. BPS. Jakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan. 2009. Sumatera Selatan dalam
Angka Tahun 2009. Badan Pusat Statistik Sumatera Selatan. Palembang.
Balai Konservasi Sumberdaya Alam Provinsi Sumatera Selatan. 2010. Rekap Data Pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Periode Tahun 1999-Oktober 2010. BKSDA Provinsi Sumatera Selatan. Palembang.
Dinas Tenaga Kerja Kota Palembang. 2011. 2011, Upah Minimum Kota Palembang Naik 15 Persen. Artikel. http://www.dapunta.com/2011-upah-minimum-kota-palembang-naik-15-persen/8408.html.[ 12 Mei 2011].
Djuanda, B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. IPB Press. Bogor.
Gunawan H, Subarudi, dan Elvida YS. 2007. Dinamika Pengunjung Wisata Alam
Di Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur. Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi Kehutanan 4(3):271-288.
Drumm, A. 1991. An Integrated Impact Assessment of Nature Tourism in Ecuador’s Amazon Region. School of Environmental Sciences, University of Greenwich. London

LAMPIRAN

                 
                 
           

         

        

Tidak ada komentar: