ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI
HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG
Dosen Pembimbing: Heri Setiawan, S.E., M.AB.
Oleh:
Aidillah Putri 061440610885
Kurnia Illahi 061440610896
Malus 061440610899
Nindy Lupita Sari 061446010900
POLITEKNIK
NEGERI SRIWIJAYA
USAHA
PERJALANAN WISATA 1 BPA
TAHUN
2014/2015
ABSTRAK
Rekreasi adalah suatu aktivitas untuk memberikan
kesenangan dan sebagai sarana untuk mengembalikan kesegaran pada sikap mental. Taman
Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan satu-satunya tempat rekreasi bernuansa
alam yang ada di kota Palembang dan primadona bagi masyarakat. Penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh informasi tentang dampak Taman Wisata Alam Punti Kayu terhadap perekonomian warga
sekitar, permasalahan
yang dihadapi dari kegiatan pariwisata Hutan Punti Kayu Palembang, karakteristik
yang dimiliki oleh pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal, dan masyarakat
sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi demand pariwisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Hasil
penelitian diambil dari beberapa sampel yang meliputi pengunjung, pedagang, dan
bagian humas Taman Wisata Alam Punti Kayu. Akan tetapi sebagian besar pedagang
menyatakan bahwa dari tahun ke tahun pendapatan mereka semakin menurun dari
tahun ke tahun. Oleh sebab itu kami melakukan penelitian mengenai dampak
okonomi dari kegiatan pariwisata Puti Kayu terhadap masyarakat disekitar serta
penyebab terjadinya penurunan pendapatan yang diperoleh oleh para pedagang di
area Taman Wisata Alam Punti Kayu.
Kata kunci:
Taman Wisata Alam Punti Kayu, dampak ekonomi, penurunan pendapatan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pariwisata di Indonesia saat ini semakin mendapatkan perhatian yang
serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program Kementerian
Pariwisata dan Kebudayaan Republik Indonesia yang mencanangkan program Visit
Indonesia sejak tahun 2009. Keseriusan pemerintah terhadap sektor pariwisata
diharapkan dapat memberika efek positif terhadap perekonomian Indonesia.
Salah satu efek positif dari berkembangnya sektor pariwisata adalah dapat
menurunkan angka pengangguran di suatu negara karena dengan berkembangnya
sektor ini dapat membantu menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat
sekitar objek wisata tersebut (Gunawan, et al., 2007). Dampak lain yang timbul
dari berkembangnya sektor pariwisata adalah efek berantaiyang akan dapat
menciptakan pula lapangan kerja di sektor lain yang terkait, serta dapat pula
membantu meningkatkan tingkat pendapatan dan standar hidup.
Efek positif lain dari sektor pariwisata juga adalah dapat meningkatkan cadangan
devisa, serta dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di
suatu negara. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2009), penerimaan
devisa negara Indonesia yang berasal dari sektor pariwisata pada tahun 2008
mengalami peningkatan yang signifikan dan mencapai angka 7,4 milliar dollar AS
dari devisa tahun 2007 yang hanya sebesar 5,3 milliar dollar AS. Hal ini
terbukti bahwa penerimaan devisa dari sektor ini mengalami peningkatan sebesar
2,1 milliar dollar AS atau hampir mendekati angka 40%.
Dilihat dari konteks pengelolaan lingkungan, pengelolaan pariwisata berbasiskan
alam dapat membantu upaya konservasi dan perlindungan terhadap keanekaragaman
hayati yang ada di dalam suatu objek wisata alam tersebut. Hal ini dikatakan
bahwa pariwisata berbasiskan alam merupakan instrumen yang dapat memadukan
pembangunan ekonomi masyarakat sekitar dan upaya konservasi.
Sebagai upaya untuk menikmati dampak positif dari pariwisata, Indonesia
berupaya untuk segera memaksimalkan kegiatan di sektor pariwisata karena dari
kegiatan ini dapat membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran.
Kegiatan wisata ini mampu memberikan banyak lapangan baru mulai dari pengadaan
jasa akomodasi, usaha restoran, layanan wisata, hingga bisnis cinderamata khas
dari daerah setempat. Pengembangan sektor pariwisata dengan memperhatikanasas
berkelanjutan juga akan dapat menjadi kegiatan riil yang dapat mengurangi masalah
kemiskinan di Indonesia.
Pulau Sumatera memiliki banyak objek wisata alam yang menarik untuk
dikunjungi, begitu pula dengan objek wisata alam yang ada di Kota Palembang.
Kota Palembang sebagai salah satu kota yang mendukung program Visit Indonesia
2009 mampu menawarkan beberapa objek wisata yang menarik untuk dikunjungi.
Dukungan bentang alam menjadi salah satu kekuatan dalam pengembangan parwisata
berbasiskan alam. Saat ini, pemerintah Kota Palembang terus mengembangkan objek
wisata yang bernuansakan alam. Salah satu objek wisata yang memiliki potensi
untuk dikembangkan lebih lanjut di Kota Palembang adalah Hutan Wisata Punti
Kayu Palembang.
Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan satu-satunya hutan wisata di
Sumatera Selatan yang letaknya hanya enam kilometer dari pusat kota. Hutan
wisata yang mengembangkan konsep konservasi dan perlindungan terhadap
keanekaragaman hayati, tentu memiliki nilai estetika pemandangan yang menarik,
serta adanya hewan-hewan seperti Kera ekor panjang (Macaca fasicicularis),
Beruk (Macaca nemistriana), dan sebagainya. Oleh karena itu, pengembangan
pariwisata ini dapat diharapkan pemerintah Kota Palembang untuk meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Yuyus, 2010).
Adanya pengembangan kawasan wisata Hutan Wisata Punti Kayu
Palembang
memberikan dampak kepada masyarakat sekitar untuk meningkatkan pendapatannya,
meningkatkan kesempatan kerja, serta memberikan peluang membuka usaha di
sekitar objek wisata ini. Sejauh ini, belum diketahui besarnya dampak yang
diberikan dari kegiatan wisata tersebut dalam hal perubahan kondisi ekonomi
masyarakat sekitar. Oleh sebab itu, diperlukan penelitian terhadap hal di atas
agar mampu membantu masyarakat sekitar untuk lebih menyadari akan pentingnya
pengembangan kawasan objek wisata ini bagi peningkatan perekonomiannya, serta
berusaha menggerakkan masyarakat setempat untuk menjaga dan melindungi kawasan
objek wisata tersebut. Hal lain yang dapat dilakukan adalah membantu pengelola
kawasan wisata dalam mengevaluasi dan meningkatkan pelaksanaan dari kegiatan
wisata.
1.2. Rumusan
Masalah
Usaha Pemerintah Kota Palembang dalam rangka memajukan pariwisata memiliki
dampak yang besar untuk peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan mampu
memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal. Potensi yang strategis
dari Kota Palembang dan letaknya yang tidak terlampau jauh dari ibukota
Indonesia juga menjadi dasar Pemerintah Kota Palembang untuk memajukan sektor
pariwisata.
Bentang alam yang menarik adalah sesuatu hal yang layak untuk dijadikan
kawasan pariwisata, terutama wisata yang berbasiskan alam. Faktor ini pula akan
memicu bertambahnya jumlah kunjungan wisatawan, baik wisatawan yang berasal
dari dalam maupun luar Kota Palembang. Oleh karena itu, diperlukan peranan
yang besar bagi masyarakat sekitar untuk dapat menjaga kelestarian dan konservasi
sumberdaya alam yang ada didalam kawasan wisata tersebut.
Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan satu-satunya hutan wisata yang
ada di Provinsi Sumatera Selatan. Upaya yang harus dilakukan pengelola Hutan
Wisata Punti Kayu Palembang beserta Pemerintah Daerah (PEMDA) setempat adalah
dapat menarik para wisatawan untuk berkunjung ke hutan wisata tersebut.
Pengunjung suatu kawasan wisata sangat bergantung dari fasilitas-fasilitas apa
yang mampu ditawarkan suatu objek wisata, sehingga diharapkan pengelola dapat
mengetahui karakteristik-karakteristik apa saja yang dimiliki pengunjung, unit
usaha, tenaga kerja lokal, dan masyarakat sekitar yang nantinya diharapkan akan
membantu pengelola dalam menetapkan kebijakan pengelolaan wisata untuk masa
yang akan datang.
Daya tarik yang dimiliki oleh Hutan Wisata Punti Kayu Palembang adalah
sesuatu yang bersumber pada karakteristik objek wisatanya yang dapat mengembangkan
prinsip-prinsip perlindungan keanekaragaman jenis tumbuhan hayati dan satwa
serta mampu memperhatikan konsep-konsep konservasi. Namun, karakteristik yang
indah dari kawasan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dirusak dengan tingkah
laku pengunjung yang membuang sampah tidak pada tempatnya, cenderung merusak
properti yang ada, dan cenderung berkelakuan ”kurang baik” pada saat berwisata.
Hal tersebut yang dapat membuat wisatawan enggan berkunjung ke objek wisata
alam ini. Berdasarkan penelitian terdahulu, apabila terjadi penurunan jumlah
kunjungan wisata, maka diduga akan berdampak langsung kepada perekonomian
masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, terutama
pada masyarakat sekitar yang memiliki usaha di sekitar Hutan Wisata Punti Kayu
tersebut.
Dampak ekonomi yang terkait dengan perekonomian masyarakat sekitar dari
kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan hal yang perlu
dikaji lebih dalam. Sejauh ini belum ada studi tentang analisis dampak ekonomi
kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang sehingga nilai dampak
ekonomi dari kegiatan wisatabagi masyarakat lokal belum dapat diketahui.
Pada dasarnya, Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan kawasan
konservasi. Namun, di kawasan konservasi tersebut ada zona yang dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan wisata (di luar zona inti kawasan konservasi). Zona
yang akan dimanfaatkan untuk kegiatan wisata diharapkan dapat memberikan
pemasukan. Pada akhirnya, pemasukan tersebut juga akan digunakan untuk
pelestarian kawasan konservasi. Dari adanya kegiatan wisata pula diharapkan
dapat memunculkan dampak ekonomi, baik dampak ekonomi secara langsung, tidak
langsung, maupun dampak ekonomi lanjutannya. Berdasarkan uraian di atas, maka
dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang ada di kawasan Hutan Wisata
Punti Kayu Palembang:
1. Bagaimana dampak ekonomi yang timbul akibat dari kegiatan
wisata di sekitar objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang?
2.
Apa permasalahan yang dihadapi dari kegiatan pariwisata Hutan Punti Kayu
Palembang?
3.
Bagaimana karakteristik yang dimiliki oleh pengunjung, unit usaha, tenaga
kerja lokal, dan masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang?
4.
Apa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi demand pariwisata di Hutan Wisata
Punti Kayu Palembang?
1.3. Tujuan
Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka muncul
beberapa tujuan penelitian yang ingin dicapai, yaitu:
1. Menganalisis dampak ekonomi yang timbul akibat dari
kegiatan wisata di sekitar objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.
2.
Mengidentifikasi maslah yang dihadapi dari kergiatan pariwisata di sekitar
Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.
3.
Mengidentifikasi karakteristik pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal,
dan masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.
4.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi demand pariwisata di
Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.
1.4. Ruang Lingkup
Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini dilakukan di objek wisata Hutan Wisata
Punti Kayu Palembang.
2.
Masyarakat yang menjadi responden adalah kepala keluarga atau anggota dari
keluarga tersebut yang berada di sekitar Hutan Wisata Punti Kayu.
3.
Pengunjung yang menjadi responden adalah wisatawan yang berkunjung ke objek
wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, baik yang berkelompok ataupun
individu.
4.
Unit usaha dan tenaga kerja lokal yang menjadi responden adalah masyarakat
lokal di sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.
5. Analisis dampak ekonomi dilihat dari sisi arus uang
yang terjadi di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Pariwisata
Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun
1990 dalam Alexa (2009), yang dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata,
serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Pariwisata meliputi: semua
kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata, pengusahaan objek dan daya
tarik wisata, seperti kawasan wisata, taman rekreasi, peninggalan-peninggalan
sejarah, museum, waduk, tata kehidupan masyarakat dan yang bersifat alamiah
(keindahan alam, gunung berapi, danau, dan pantai), serta pengusahaan jasa dan
sarana pariwisata.
Berbeda menurut Pendit (1999),
pariwisata dapat diartikan sebagai salah
satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang
cepat dalam penyediaan lapangan pekerjaan, peningkatan
penghasilan dan standar
hidup, serta menstimulasi sektor-sektor produktifitas
lainnya. Institut of Tourism
Britainmenyatakan pula bahwa pariwisata adalah
kepergian orang-orang sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat
tujuan di luar tempat tinggal dan bekerja sehari-hari dengan berbagai
kegiatanselama seharian atau
lebih (Susilowati, 2009). Berdasarkan pendapat dari
para ahli di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pariwisata merupakan suatu kegiatan
dimana orang-orang berpergian ke suatu tempat dalam jangka waktu yang pendek
dan melakukan kegiatan di tempat tersebut selama seharian atau lebih, serta
pengelola wisatanya
akan mendapatkan tambahan penghasilan dari orang-orang
yang berwisata ke
tempat tersebut.
2.2. Wisata
Alam
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1990 tentang Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, yang dimaksud
dengan taman
wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang
terutama dimanfaatkan untuk
pariwisata dan rekreasi alam. Lain halnya dengan Pasal
31 dari Undang-Undang
No.5 Tahun 1990 yang menyebut bahwa taman wisata alam
itu sebagai suatu
kegiatan untuk kepentingan penelitian, ilmu
pengetahuan dan pendidikan, serta
menunjang budidaya dan wisata alam. Pasal 34
menyebutkan pula bahwa pengelolaan taman wisata alam dilaksanakan oleh
pemerintah (Alexa, 2009).
Kesimpulan dari uraian di atas
adalah objek wisata alam merupakan
sumberdaya alam yang berpotensi dan berdaya tarik bagi
wisatawan serta
ditujukan untuk pembinaan cinta alam, baik dalam
kegiatan alam maupun pembudidayaan, sedangkan wisata alam dapat diartikan
sebagai bentuk kegiatan
yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang
memiliki daya tarik tersendiri
bagi wisatawan dan tata lingkungannya. Umumnya, daya
tarik dari wisata alam
ini adalah kondisi alamnya itu sendiri. Objek wisata
alam dapat diklasifikasikan
seperti yang ada di bawah ini:
1.
Flora dan Fauna
Jenis flora dan fauna yang ada
memiliki keunikan dan kekhasan tertentu,
contohnya: Bunga Rafflessia, Kantong Semar, Badak
Bercula Satu, Harimau Sumatera, Beruk, dan Orang Utan.
2.
Keunikan dan kekhasan ekosistem
Sesuai dengan keadaan geografis
kawasan yang bervariasi, maka muncul
ekosistem yang unik dan khas seperti ekosistem pantai,
hutan, daratan rendah, hutan hujan tropis, mangrove, gambut, dan rawa.
3.
Gejala alam
Potensi objek wisata alam berupa
gejala alam, antara lain: kawah, sumber air panas, gleiser, air terjun, dan
matahari terbit.
4.
Budidaya sumberdaya alam
Potensi objek wisata yang berupa
budidaya sumberdaya alam, misalnya
sawah, perkebunan, perikanan, dan kebun binatang.
2.3. Pengertian Hutan Wisata
Menurut Keputusan Menteri Kehutanan
RI Nomor 687/KPTS II/1989 Bab
I Ketentuan Umum, Pasal 1 Ayat 1: bahwa hutan wisata
adalah kawasan hutan yang diperuntukkan secara khusus, dibina, dan dipelihara
guna kepentingan pariwisata dan wisata buru, sedangkan hutan wisata yang
memiliki keindahan alam dan ciri khas tersendiri sehinggadapat dimanfaatkan
bagi kepentingan rekreasi dan budaya disebut taman wisata (Alexa, 2009).
Hutan wisata merupakan salah satu
bagian dari wisata alam. Hutan wisata
pula masuk dalam klasifikasi kawasan ex-situ. Dimana
kawasan ex-situ memiliki
arti sebagai kawasan konservasi dari flora dan fauna
di luar habitat aslinya, contonya adalah wisata di Kebun Raya Bogor.
Hutan wisata ini pula memiliki arti
penting terhadap keberadaannya. Selain dapat dimanfaatkan sebagai paru-paru
kota yang dapat mengurangi polusi
udara di lingkungan sekitar, hutan wisata inipun
memiliki fungsi sebagai kawasan
konservasi. Ada zona pada kawasan konservasi pula yang
dimanfaatkan sebagai
tempat wisata. Kawasan yang akan dijadikan sebagai
tempat wisata ini diharapkan
dapat memberikan pemasukan untuk pelestarian kawasan
konservasi tersebut.
2.4.
Wisatawan
World Tourism Organization (WTO)
menyebut wisatawan sebagai seseorang atau sekelompok orang yang melakukan
perjalanan ke sebuah atau beberapa negara di luar tempat tinggal biasanya atau
keluar dari lingkungan
tempat tinggalnya untuk periode kurang dari 12 (dua
belas) bulan dan memiliki
tujuan untuk melakukan berbagai aktivitas wisata.
Terminologi ini mencakup
penumpang kapal pesiar (cruise ship passenger) yang
datang dari negara lain dan
kembali dengan catatan bermalam.
Menurut Udayana United Tourism (2010),
terdapat ciri-ciri perjalanan
wisata yang membedakan wisatawan dari orang-orang lain
yang bepergian:
1. Sementara,
untuk membedakannya dari perjalanan tiada henti yang dilakukan orang petualang
(tramp) dan pengembara (nomad).
2.
Sukarela atau atas kemauan sendiri,
untuk membedakannya dari perjalanan terpaksa yang harus dilakukan orang yang
diasingkan (exile) dan pengungsi (refugee).
3.
Perjalanan pulang pergi, untuk
membedakannya dari perjalanan satu arah yang dilakukan orang yang berpindah ke
negeri lain (migrant).
4.
Relatif lama, untuk membedakannya
dari perjalanan pesiar (excursion) atau bepergian (tripper).
5.
Tidak berulang-ulang, untuk
membedakannya dari perjalanan berkali-kali yang dilakukan orang yang memiliki
rumah istirahat (holiday house owner).
6.
Tidak sebagai alat, untuk membedakannya
dari perjalanan sebagai cara untuk mencapai tujuan lain, seperti perjalanan
dalam rangka menjalankan usaha, perjalanan yang dilakukan pedagang, dan orang
yang berziarah.
7.
Untuk sesuatu yang baru dan
perubahan, untuk membedakannya dari perjalanan untuk tujuan-tujuan lain. Masih
menurut Udayana United Tourism (2010), wisatawan internasional adalah setiap
orang yang bepergian ke negara lain dari negara tempat tinggalnya, tujuan
kunjungannya bukan untuk melakukan pekerjaan yang dibayar di negara yang
dikunjunginya dan tinggal disana selama setahun atau kurang dari setahun.
Seorang wisatawaninternasional disebut pengunjung dalam pengertian di atas,
setidak-tidaknya tinggal satu malam tetapi tidak lebidari satu tahun di negara
yang dikunjunginya dan tujuan kunjungannyadapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.
Kesenangan: liburan, budaya,
olahraga, tujuan yang menyenangkan lainnya.
b.
Professional: pertemuan, perutusan,
usaha.
c.
Tujuan-tujuan lainnya: pendidikan,
kesehatan, ziarah.
2.5.
Motivasi Berwisata
Menurut Pearce et al. (1998) dalam
Pandupitiyo (2011), motivasi berwisata dapat didefinisikan sebagai penggabungan
secara global jaringan-jaringan biologi dan kekuatan alam yang memberi nilai
dan arah dalam
pilihan berwisata, perilaku, dan pengalaman dalam berwisata.
Motif general yang dapat digarisbawahi oleh para peneliti mengenai mengapa
kepariwisataan alam ini sangat cepat berkembang adalahperilaku lingkungan yang
berubah dan sifatnya merata di seluruh dunia, perkembangan pendidikan, serta
perkembangan media massa. Morrison dan Rutledge pada tahun 1998 juga pernah mempresentasikan
sepuluh trendyang dapat merepresentasikan persoalan-persoalan penting mengenai
gambaran motif berwisata. Empat motif dari trendberwisata tersebut diantaranya
adalahmotif untuk mengambil pengalaman dari lingkungan, motif untuk relax di
tempat yang relatif menyenangkan, motif untuk mengejar ketertarikan dan
mengaplikasikan skill, serta motif untuk menjaga kesehatan dan vitalitas tubuh.
2.6. Demand Wisata
Nugraha (2008) mendefinisikan demand
rekreasi adalah penduduk yang berkeinginan dan berkemampuan untuk mengadakan
perjalanan, atau dengan kata
lain sebagai wisatawan. Interpretasi awal dari sebuah
demand adalah apa yang
orang akan atau dapat lakukan apabila diberi suatu
pilihan. Ada dua pendekatan
yang dapat digunakan dalam memperkirakan demand rekreasi,
yaitu orientasi pada pemikiran tentang apa yang sebaiknya orang lakukan dan
untuk memberi
tahu apa yang orang inginkan. Faktor-faktor penentu
demand pariwisata merupakan faktor yang bekerja di masyarakat dalam mendorong,
serta menetapkan batas volume permintaan terhadap liburan dan perjalanan.
Faktor penentu demand pariwisata tersebut juga menjelaskan mengapa populasi
dari bebe
rapa negara memiliki kecenderungan tinggi untuk
berpartisipasi dalam kegiatan wisata, sedangkan ada populasi di negara lain
yang masih memiliki kecenderungan rendah untuk melakukan kegiatan wisata.
Faktor penentu ini harus dibedakan dari motivasi dan perilaku konsumennya.
Beberapa peneliti telah menjelaskan bahwa motivasi merupakan faktor internal
yang bekerja di dalam setiap individu, dinyatakan sebagai kebutuhan, keinginan,
serta memiliki keinginan bahwa pariwisata dapat mempengaruhi pilihan seseorang
(Vanhove,2005).
Menurut Vanhove (2005) juga, seorang
manager pemasaran harus mengetahui mengapa dan bagaimana konsumen membuat
pilihan dalam
menentukan tempat tujuan dari liburan mereka. Selain
itu, manager pemasaran perlu memahami bagaimana faktor internal dari psikologis
konsumen yang dapat
mempengaruhi pemilihan tempat untuk berlibur, serta
jenis produk wisata apa
yang ditawarkan di tempat tersebut. Dalam pemasaran,
proses ini dikenal sebagai aspek dari perilaku pembeli. Ada sembilan faktor
penentu seseorang dalam melakukan kegiatan wisata. Faktor-faktor penentu dalam
melakukan kegiatan wisata menurut Vanhove (2005), antara lain:
1. Faktor
ekonomi
2.
Faktor perbandingan harga
3.
Faktor demografis
4.
Faktor geografis
5.
Sikap sosial-budaya
6.
Mobilitas
7.
Peraturan yang ditetapkan pemerintah
setempat
8.
Media komunikasi, serta
9. Teknologi
informasi dan komunikasi.
2.7. Dampak
Pariwisata Secara Umum
Dampak pariwisata secara umum dibagi
dalam tiga kelompok besar. Tiga kelompok besar tersebut diantaranya, pertama
adalah dampak sosio-ekonomik yang mengkaji tentang peningkatan pendapatan
individual dan komunal, kedua
dampak sosio-kultural yang mengkaji dari sudut pandang
pelanggaran/terusiknya
sistem budaya dan religi, menjembatani
perbedaan/meningkatkan saling pengertian, kepedulian lokasi terhadap
pelestarian budaya, dan efek demonstrasi,
serta yang ketiga mengenai dampak terhadap lingkungan.
Dampak terhadap lingkungan ini mengkaji tentang peningkatan kesadaran
masyarakat lokal terhadap lingkungan, penurunan kualitas lingkungan, dan
perbaikan kualitas
lingkungan (Pratiwi, 2010).
2.8. Dampak
Ekonomi Pariwisata
Sektor pariwisata mampu memberikan
manfaat ekonomi terhadap suatu
wilayah atau negara karena sektor pariwisata ini mampu
menyediakan opportunity
bagi pekerjaan, terutama pekerjaan di bidang jasa
pariwisata. Sektor wisata juga pada umumnya dapat membantu meningkatkan
pendapatan suatu negara, baik di kalangan internasional, nasional, regional
maupun lokal. Selain itu, sektor pariwisata dapat membantu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi di suatu daerah. Hal ini disebabkan karena uang yang masuk ke daerah te
rsebut akan digunakan seseorang untuk membuka bisnis
baru di sektor wisata (Rowe A et al. 2002).
Pada dasarnya analisis dampak
ekonomi pariwisata menelusuri aliran uang
selaku penerima pengeluaran wisatawan, (2) Bidang
usaha lainnya selaku pemasok barang dan jasa kepada usaha di bidang pariwisata,
(3) Rumah tangga
selaku penerima penghasilan dari pekerjaan di bidang
pariwisata dan industri
penunjangnya, (4) Pemerintah melalui berbagai macam
pajak dan pungutan resmi
dari wisatawan, usaha, dan rumah tangga. Pengaruh
total pariwisata terhadap ekonomi wilayah dapat berupa dampak langsung (directeffects)
yang diterima unit usaha dari pembelanjaan pengunjung, dampak tidak langsung
(indirect effects) berupa pengeluaran yang dikeluarkan unit usaha untuk
pembayaran upah tenaga kerja pada unit usaha, sedangkan dampak ikutannya
(inducedeffects) berupa perubahan dalam aktivitas ekonomi wilayah yang
dihasilkan dari pembelanjaan tenaga kerja tersebut untuk kebutuhan konsumsinya
(Vanhove, 2005).
2.9.Dampak
Ekonomi Pariwisata Alam Terhadap Ekonomi Wilayah
Konsep multiplier merupakan istilah
yang digunakan untuk menghitung
manfaat dari pariwisata di suatu regional. Pengeluaran
wisatawan berupa uang di daerah tujuan wisata dapat memberikan manfaat langsung
maupun manfaat tidak langsung yang diterima oleh unit-unit usaha yang berkembang.
Suatu objek wisata yang mampu menawarkan fasilitas wisata, seperti hotel, Other
local business Tourism spending Local tourism business Employee wages Leakages atraksi-atraksi wisata, serta penyewaan jasa transportasi di
lokasi wisata merupakan contoh manfaat langsung yang diterima yang berasal dari
pengeluaran
pengunjung. Bisnis lainnya yang dapat mengambil
manfaat dengan adanya kegiatan wisata, diantaranya toko-toko souvenir,
bank/atm, serta bisnis-bisnis yang mampu menyediakan barang dan jasa untuk
kebutuhan wisatawan (Rowe A
et al. 2002). Efek pengganda uang terus sampai
akhirnya “kebocoran” dari ekonomi melalui pembelian barang dari negara lain
(mengimpor barang tersebut).
Kebocoran ekonomi dari pengeluaran
wisatawan dimulai sebelum
wisatawan tersebut mencapai daerah tujuan wisatanya.
Kebocoran ekonomi dari
pariwisata kemungkinan dapat digambarkan sebagai total
pendapatan yang gagal
didapatkan di sistem ekonomi daerah tujuan wisata,
dari total pengeluaran wisatawan. Faktor-faktor yang mungkin meningkatkan
tingkat kebocoran ekonomi, dan mengurangi profit (keuntungan) ekonomi dari
pariwisata untuk
masyarakat sekitar objek wisata diantaranya termasuk
tingkat kepemilikan asing
dari industri pariwisata serta bagi hasil kepada
pemegang saham yang tinggal di
luar daerah tersebut, makanan dan minuman yang berasal
dari luar daerah tujuan wisata.
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1.
Analisis
Dampak Ekonomi KegiatanWisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang
Adanya kegiatan wisata di Hutan Wisata
Punti Kayu Palembang akan menimbulkan dampak terhadap masyarakat sekitar objek
wisata. Dampak yang muncul dari suatu kegiatan wisata, yaitu munculnya dampak
ekonomi. Dampak ekonomi tersebut dapat bersifat positif dan negatif. Dampak
positif yang muncul dari adanya dampak ekonomi dapat bersifat langsung
(direct). Munculnya lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar, baik
berprofesi sebagai petugas kebersihan dan keamanan, serta profesi lain yang
sesuai dengan kemampuan masyarakat setempat adalah salah satu contoh dampak
positif langsung (direct impact) yang muncul dengan adanya kegiatan wisata.
Selain hal itu, dampak positif langsung
lain yang muncul, seperti adanya pedagang-pedagang baru yang berjualan makanan,
minuman, dan sebagainya di sekitar kawasan wisata. Hal yang demikian akan
membuat masyarakat sekitar mampu meningkatkan taraf hidupnya. Selain dampak
positif langsung yang muncul, ada dampak lain yang akan
timbul pula seperti dampak tidak langsung (indirect
impact). Dampak tidak langsung berupa aktivitas ekonomi lokal dari suatu
pembelanjaan unit usaha penerima dampak langsung dan dampak lanjutan (induced
impact). Dampak lanjutan ini dapat diartikan sebagai aktivitas ekonomi lokal
lanjutan dari tambahan pendapatan masyarakat lokal.
Keberadaan kawasan wisata membuka
peluang bagi masyarakat sekitar untuk membuka usaha yang berkaitan dengan
kebutuhan pengunjung selama berwisata. Unit usaha yang berkembang di Hutan
Wisata Punti Kayu Palembang saat ini masih sangat sedikit dan bersifat homogen.
Sehingga perputaran arus uang yang terjadi diantara pengunjung dengan
masyarakat lokal masih sangat kecil. Unit usaha yang berkembang di Hutan Wisata
Punti Kayu Palembang saat ini meliputi warung makan berjumlah 13 unit, warung
minuman 3 unit, dan usaha foto keliling 2 orang
Menurut
hasil penelitian yang telah diperoleh menunjukkan bahwa kegiatan periwisata
Hutan Punti Kayu belum mampu mensejahterakan para pedagang yang berada diarena Hutan Punti Kayu. Menurut
salah satu pedangang yang berada di Taman Wisata Hutan Punti Kayu, mengatakan:
“selama
20 tahun saya bekerja disini mengamlami banyak pasang surut pendapatan, mulai
dari Rp 50.000 hingga Rp 300.000 per hari itu pun saat-saat tertentu seperti
tahun baru atau hari libur, dan dari tahun ke tahun pendapatan saya semakin
menurun”, ( Nurma, 30th).
Akan
tetapi dari hasil penelitian terhadap salah satu pegawai di bagian penjualan
tiket menyatakan bahwa pengunjung dari tahun ke tahun semakin mengingkat, hal
ini di sebabkan banyak nya renovasi yang telah di lakukan dan penambahan obyek
daya tarik yang semakin lama semakin di kembangkan seperti akan di bangun
replika tujuh keajaiban dunia yang saat ini sedang dalam proses, (Nita, 18th).
Dari
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pandapatan para pedagang makanan dan
minuman semakin menurun di karenakan para pengunjung hanya melakukan rekreasi
seperti outbonce, foto prawedding, atau hanya sekedar berkunjung menghilangkan
penat. Sehingga mereka tidak banya membeli makanan di daerah Hutan Wisata Punti
Kayu. Selain itu bagi mereka yang melakukan kegiatan outbonce mereka memilih
membawa bekal sendiri dari rumah. Dan untuk pengujung yang memilih Hutan Punti
Kayu sebagai tempat pengambilan foto prawedding juga tidak terlalu memerlukan
makanan yang di jual oleh para pedagang.
Untuk baiya
tiket masuk yang diberlakukan di hutan wisata tersebut relatif berbeda
berdasarkan kategori usia pengunjungnya. Pengunjung dewasa membayar tiket masuk
sebesar Rp 10.000,- dan Rp 7.000,- untuk pengunjung anak-anak yang berusia di
bawah 7 tahun. Sedangkan pada hari libur tiket masuk sebesa Rp12.500,- untuk
pengunjung dewasa, sedangkan untuk anak-anak sebesar Rp10.000,- . Dan
Pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki karakteristik sosial
ekonomi, seperti pengunjungnya mayoritas berusia diantara 15-20 tahun,
mayoritas diantara mereka berstatus belum menikah, dan sebagian besar dari
mereka berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa.
Arena wisata
yang berada di 4 blok di atas memiliki harga tiket masuk yang berbeda-beda
pula. Berikut ini ditampilkan daftar harga tiket masuk di setiap arena wisata.
Arena
Wisata
|
Harga
Tiket Masuk (Rp. /orang)
|
Arena danau
|
Rp 2.000,-
|
Fasilitas perahu dayung
|
Rp 10.000,-
|
Tiket masuk di arena bermain anak
|
Rp 3.000,-
|
Fasilitas kincir ria, komedi putar, dan jet putar
|
Rp 3.000,-
|
Arena satwa
|
Rp 5.000,-
|
Tiket masuk arena kolam renang
|
Rp 20.000,-
|
Arena Outbound (Flying Fox):
a.
Anak-anak
b.
Dewasa
|
Rp 15.000,-
Rp 10.000,-
|
Sehingga proporsi terbesar berupa
penerimaan pemilik usaha, yaitu sebesar 52,96%. Adapun yang dimaksud dengan
dampak ekonomi langsung adalah penerimaan yang diterima unit usaha dari
pengeluaran pengunjung. Pada penelitian kali ini, penerimaan dari unit usaha
memiliki proporsi paling besar. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan wisata di
Hutan Wisata Punti Kayu Palembang telah memberikan dampak ekonomi langsungnya.
Proporsi selanjutnya diikuti oleh kebutuhan pangan harian dan biaya operasional
unit usaha yang memberikan proporsi sebesar 31,64% dan 11,88%, sedangkan upah
karyawan memberikan proporsi sebesar 3,52%.
3.2.
Kendala yang
di alami Hutan Wisata Punti Kayu
Berdasarkan hasil penelitian kendala
yang di alami oleh pihak pengelola Hutan Wisata Punti Kayu adalah masalah
kebersihan dan kurang terawatnya tempat-tempat yang ada seperti toilet, serta
pemberdayaan tenaga kerja yang kurang ahli dalam bidang pariwisata, sehigga
para pengunjung yang datang kurang mendapat pelayanan yang memuaskan.
3.3. Karakteristik pengunjung
Taman Wisata
Alam Punti Kayu merupakan salah satu potensi wisata alam yang ada di Kota
Palembang dan menjadi daya tarik bagi pengunjung, baik dari dalam kota dan luar
Kota Palembang.
Karakteristik
pengunjung akan mempengaruhi pengembangan ekowisata (rekreasi) dan permintaan
pasar ekowisata. Pengaruh tersebut merupakan hubungan antara kebutuhan wisata
dengan kemampuan ekonomi pengunjung.
Secara umum
pengunjung di TWA Punti Kayu didominasi oleh kalangan muda-mudi (umur ratarata
21,4 tahun) dengan pendidikan menengah keatas.
Penghasilan
per bulan pengunjung TWA Punti Kayu rata-rata sebesar Rp 703.571. Karakteristik
pengunjung selengkapnya meliputi umur, pendidikan, penghasilan/uang saku, biaya
konsumsi, dan waktu kerja perhari disajikan pada Tabel 1.
Karakteristik
|
Satuan
|
minimum
|
maksimum
|
Rata-rata
|
Umur
|
Tahun
|
14
|
45
|
21,43
|
Pendidikan
|
Tahun
|
12
|
18
|
14
|
Penghasilan
perbulan
|
Rupiah
|
60.000,00
|
4.000.000,00
|
703.571,00
|
Biaya
konsumsi perhari
|
Rupiah
|
1.666,67
|
66,666,67
|
14.329,00
|
Waktu
kerja perhari
|
Jam
|
4
|
12
|
6,83
|
Dari Tabel 1
dapat dilihat variasi pengunjung yang datang ke TWA Punti Kayu mulai dari umur,
pendidikan, penghasilan, biaya konsumsi perhari sampai waktu kerja
perhari,sehingga dapat dikatakan TWA Punti Kayu sebagai tempat
rekreasi
alam yang terbuka bagi siapa saja.
Tabel 4.
Distribusi jenis pekerjaan pengunjung Taman Wisata Alam Punti Kayu,Sumatera
Selatan
Jenis pekerjaan
|
Jumalh pengunjung
|
|
Orang
|
Persentase
|
|
Pelajar
|
25
|
22,73%
|
Mahasiswa
|
20
|
18,18%
|
Karyawan
|
17
|
17%
|
Wiraswasta
|
18
|
16,36%
|
Sopir
|
5
|
4,54%
|
Pegawai
negeri sipil (PSN)
|
11
|
10%
|
Pedagang
|
14
|
12,73%
|
3.4.Faktor-faktor yang mempengaruhi Demand
pariwisata
3.4.1. Distribusi dan Motivasi Pengunjung
Pengunjung
TWA Punti Kayu berdasarkan jenis kelamin memiliki persentase
yang hampir
seimbang antara laki-laki (53,63%) dan perempuan (46,36%). Pengunjung
berdasarkan cara kunjungan umumnya datang berdua dengan teman atau kerabat
(42,72%), bersama rombongan (27,27%), dan sendiri (5,45%). Adapun tujuan utama
kunjungan ke TWA Punti Kayu adalah untuk rekreasi, menghilangkan kejenuhan
(61,81%), menikmati pemandangan dan hewan (33,63%) serta tujuan lainnya, seperti
aktivitas pemotretan dan acara perpisahan (4,54%). Motivasi menjadi faktor
pendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan dalam mencapai tujuan yang
diinginkan, begitu pula dengan pengunjung di TWA Punti Kayu. Proporsi motivasi
pengunjung dapat dilihat pada Tabel 2.
Frekuensi
kunjungan dipengaruhi
oleh tingkat
kepuasan pengunjung terhadap TWA
Punti Kayu
dan keterbatasan obyek wisata alam yang ada. Proporsi frekuensi kunjungan
pengunjung di TWA Punti Kayu dapat dilihat pada Tabel 3. Proporsi pengunjung
berdasarkan jenis pekerjaannya dapat dilihat pada Tabel
4. Kelompok
pengunjung pelajar, mahasiswa dan wiraswasta yang besar menun
jukkan bahwa
waktu kerja yang sedikit menyebabkan mereka dapat menikmati
rekreasi
untuk mengisi waktu luang.
Tabel 2.
Motivasi pengunjung Taman Wisata Alam Punti Kayu, Sumatera Selatan
MOTIVASI
|
ORANG
|
PERSENTASE
|
Kemudahan
dijangkau dengan transportasi
|
39
|
35,45%
|
Sarana dan
prasarana yang lengkap
|
17
|
15,45%
|
Suasana
yang nyaman
|
21
|
19.09%
|
Kurang
alternatif wisata alam
|
33
|
30%
|
Tabel 3.
Frekuensi kunjungan pengunjung Taman Wisata Alam Punti Kayu,Sumatera Selatan
Frekurensi
kunjungan
|
Orang
|
Persentase
|
Kunjungan
pertama
|
15
|
13,64%
|
Kunjungan
kedua
|
13
|
11,82%
|
Kunjungan
ketiga
|
24
|
21,82%
|
Lebih dari
tiga kunjungan
|
58
|
52,73%
|
BAB IV
PENUTUP
3.5. Kesimpulan
Berdasarkan
dari pembahasan dari bab-bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan beberapa hal:
1.
Pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu
Palembang memiliki karakteristik sosial ekonomi, seperti pengunjungnya mayoritas
berusia diantara 15-25 tahun, mayoritas diantara mereka berstatus belum
menikah, dan sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa.
Adapun unit usaha yang berkembang di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang
memberikan pendapatan bersih per-hari sebesar Rp 50.000,- sampai Rp 250.000,-
untuk waraung makan dan minum.
2.
Dari hasil penelitian dan estimasi
dengan menggunakan regresi Poisson, ada empat faktor sosial-ekonomi yang dapat
mempengaruhi fungsi permintaan wisata (demand pariwisata) di Hutan Wisata Punti
Kayu Palembang. Keempat faktor sosial-ekonomi tersebut adalah lama kunjungan ke
Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, jumlah tanggungan keluarga, pengetahuan
pengunjung terhadap Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, serta taraf pendidikan
pengunjung.
3.6. Kesimpulan
Penelitian
ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam peningkatan fasilitas maupun
kualitas objek wisata oleh pengelola guna meningkatkan perekonomian masyarakat
lokal, terutama bagi masyarakat yang telah membuka usahanya di lingkungan Hutan
Wisata Punti Kayu Palembang. Adapun saran yang diajukan dalam penelitian ini
adalah:
1. Pengelola
wisata diharapkan agar lebih memperhatikan usaha pengembangan pariwisata di
Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Fasilitas-fasilitas yang masih dalam kondisi
kurang baik, misalnya toilet agar dapat ditingkatkan jumlahnya dan kondisi air
pada toilet tersebut diharapkan pula dapat dioperasikan pada waktu ramai
kunjungan.
2. Pengelola wisata diharapkan dapat bekerja sama
dengan Pemerintah Daerah di lingkup Provinsi Sumatera Selatan dalam
meningkatkan promosi wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dengan cara
menawarkan paket-paket wisata kepada masyarakat Provinsi Sumatera Selatan pada
khususnya dan masyarakat di luar Provinsi Sumatera Selatan pada umumnya.
3. Pengelola
wisata juga diharapkan dapat bekerja sama dengan LSM-LSM yang ada di Provinsi
Sumatera Selatan dalam rangka mengenalkan wisata edukasi (edutourism) yang
berbasiskan lingkungan atau konservasi kepada siswa Taman Kanak-Kanak (TK) dan
siswa Sekolah Dasar (SD) yang ada di Provinsi Sumatera Selatan pada umumnya dan
di Kota Palembang pada khususnya.
DAFTAR
PUATAKA
Alexa. 2009.
Kumpulan-kumpulan definisi, pengertian, arti, istilah. Artikel.
http://definisi-pengertian.blogspot.com/2009/11.[ 12 Mei 2010].
Anonimous.
2007. Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. http://www.puntikayu.com. [ 03 Mei
2010].
Astana S,
Deden D, Lukas RW, Lasmanto GH, Nunung P, dan Indartik. 2007.
Dampak Pengganda Industri Pembibitan Gerakan Nasional
Rehabilitasi
Hutan dan Lahan. Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi Kehutanan 4(1):19-38.
Badan
Penelitian dan Pengembanagan Provinsi Jawa Tengah. 2008. Faktor Daya Tarik
Objek Sumberdaya Alam Sekawasan Sesuai Permintaan Pasar
dalam
Meningkatkan Kunjungan Wisata Di Jawa Tengah Bagian Utara. Artikel.
http://www.balitbangjateng.go.id. [ 12 Mei 2010].
Badan Pusat Statistik. 2008. Penerimaan Devisa Negara
Indonesia. BPS. Jakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan. 2009.
Sumatera Selatan dalam
Angka Tahun 2009. Badan Pusat
Statistik Sumatera Selatan. Palembang.
Balai Konservasi Sumberdaya Alam Provinsi Sumatera
Selatan. 2010. Rekap Data Pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Periode
Tahun 1999-Oktober 2010. BKSDA Provinsi Sumatera Selatan. Palembang.
Dinas Tenaga Kerja Kota Palembang. 2011. 2011, Upah
Minimum Kota Palembang Naik 15 Persen. Artikel.
http://www.dapunta.com/2011-upah-minimum-kota-palembang-naik-15-persen/8408.html.[
12 Mei 2011].
Djuanda, B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan
Pendugaan. IPB Press. Bogor.
Gunawan H, Subarudi, dan Elvida YS. 2007. Dinamika
Pengunjung Wisata Alam
Di Taman
Nasional Alas Purwo, Jawa Timur. Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi Kehutanan
4(3):271-288.
Drumm, A. 1991. An Integrated Impact Assessment of
Nature Tourism in Ecuador’s Amazon Region. School of Environmental Sciences,
University of Greenwich. London
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar