DAMPAK
EKONOMI DARI KONFERENSI DAN KONVENSI
Disusun
Oleh:
Kartika
|
061440610895
|
Kurnia Illahi
|
061440610896
|
Malus
|
061440610899
|
Nindy Lupita Sari
|
061440610900
|
JURUSAN
ADMINISTRASI BISNIS
PROGRAM
STUDI USAHA PERJALANAN WISATA
POLITEKNIK
NEGERI SRIWIJAYA
2016
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Dampak Ekonomi dari Konferensi dan Konvensi”
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Makalah
ini dibuat sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Manajemen Proyek MICE.
Diharapkan dari penulisan makalah ini penulis dapat mengetahui dampak ekonomi
dari kegiatan konferensi dan konvensi yang akan dibahas.
Dalam penulisan makalah
ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada rekan seperjuangan yang telah
memberikan dukungan, baik dukungan tenaga maupun pikiran. Tak lupa kami juga
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Yulia Pebrianti selaku dosen pembimbing mata
kuliah Manajemen Proyek MICE yang bersedia membantu kami dalam menyelesaikan
tugas ini.
Tentunya
dalam penulisan makalah ini kami mengalami banyak kesulitan, dan kekurangan
sehingga kritik dan saran sangat dibutuhkan demi menuju kesempurnaan. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis sebagai acuan belajar.
Palembang, Maret 2016
DAFTAR ISI
Halam
judul..............................................................................................................i
Kata
pengantar.........................................................................................................ii
Daftar
isi.................................................................................................................iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1.Latar
belakang..................................................................................1
1.2.Rumusan
masah...............................................................................3
1.3.Tujuan..............................................................................................3
1.4.Manfaat............................................................................................3
1.5.Metode.............................................................................................4
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA/LANDASAN TEORI
2.1.
Koferensi............................................................................................5
2.1.1. Pengertian
Konferensi..............................................................5
2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kegiatan Konferensi.......7
2.2. Kovensi..............................................................................................10
2.2.1. Pengertian
Konvensi.............................................................. 10
2.2.2. Sifat-Sifat
Konvensi................................................................12
BAB
III PEMBUKTIAN RISET
3.1.
Dampak Positif dalam Bidang Ekonomi dari
Kegiatan
World Ocean Conference….........................................................14
3.2.
Dampak Negatif dalam Bidang Ekonomi dari
Kegiatan
World Ocean Conference............................................................
16
BAB
IV PEMBAHASAN
4.1.
Dampak Positif dalam Bidang Ekonomi dari Kegiatan
Konfernsi dan
Konvensi……………………………………….18
4.2.
Dampak Negatif dalam Bidang Ekonomi dari Kegiatan
Konfernsi
dan Konvensi ………………….…………………..23
BAB V PENUTUP
5.1.
Kesimpulan…………………………………………………….26
5.2.
Saran…………………………………………………………...26
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………28
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR
BELAKANG
Perkembangan
industri pariwisata saat ini tidak
lagi hanya menyajikan panorama nan indah, budaya yang eksotik, rekreasi yang
menyenangkan, petualangan yang mendebarkan, melainkan lebih daripada itu. Pariwisata
saat ini telah dikemas kedalam sub sektor baru yang identik dengan pemberian
pelayanan/service.
Pemberian pelayanan/service ini ditunjukkan melalui industri
baru yang sedang tumbuh dan berkembang pesat di Indonesia, yakni industri MICE
(Meeting, Incentive, Conference, and
Exhibition). Keempat komponen industri ini memiliki keterkaitan antara satu
dengan yang lain, yang kemudian akan memberikan multiplier effect bagi suatu daerah tersebut. Salah satu kegiatan
yang memberikan multiplier effect
terbesar dalam industry MICE adalah kegiatan konvensi.
Dalam sebuah penyelenggaraan
konvensi yang dilakukan tidak hanya kegiatan pertemuan saja, namun juga
dilakukan kegiatan-kegiatan lain seperti perjalanan wisata, belanja ataupun
kegiatan-kegiatan lainnya. Untuk itu dalam sebuah penyelenggaraan konvensi
tidak hanya dibutuhkan tempat beserta fasilitas konvensi saja, namun juga
dibutuhkan sarana transportasi untuk traveling, sarana hiburan,
olahraga, pusat perbelanjaan, sarana akomodasi, dan sarana prasarana pendukung
lainnya.
Melihat sarana prasarana yang
diperlukan dalam satu kali kegiatan konvensi cukup banyak, sudah tentu akan
melibatkan tenaga kerja yang jumlahnya banyak didalam pelaksanaanya. Oleh
karena itu maka dikatakan bahwa konvensi merupakan suatu bisnis besar (big business).
Oleh karena wisata konvensi ini
merupakan sebuah bisnis yang besar (big
business), sudah seharusnya kepariwisataan Indonesia lebih
meningkatkan pengelolaan jenis wisata ini. Namun menurut Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata Jero Wacik, kegiatan wisata konvensi di Indonesia masih kurang.
Tahun lalu Indonesia hanya bisa menyelenggarakan 200 event konvensi, jika
dibandingkan dengan Singapura yang menyelenggarakan 1000 event konvensi ditahun
yang sama Indonesia masih kalah jauh. Padahal sebagai salah satu negaran tujuan
wisata, fasilitas konvensi di Indonesia tidak kalah dibandingkan negara-negara
lain (Bisnis Indonesia) (https://goespray.wordpress.com).
Melihat keberadaan peringkat
industry MICE di Indonesia yang masih berada di papan tengah tingkat Asia dan
dunia, tentunya Indonesia harus mulai berbenah diri dengan jalan menyiapkan dan
meningkatkan segala fasilitas penunjang kegiatan konvensi. Tidak hanya itu
saja, pengetahuan masyarakat mengenai penyelenggaraan kegiatan konvensi juga
harus ditingkatkan. Sehingga wisata konvensi akan memberikan dampak tidak hanya
bagi pertumbuhan ekonomi, melainkan juga berdampak pada pembangunan di Indonesia.
1.2.
RUMUSAN
MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
a.
Apa dampak positif dalam bidang ekonomi dari
kegiatan konferensi dan konvensi?
b.
Apa dampak negatif dalam bidang ekonomi
dari kegiatan konferensi dan konvensi?
1.3.
TUJUAN
Adapun
tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:
a.
Mengetahui apa dampak positif dalam
bidang ekonomi dari kegiatan konferensi dan konvensi
b.
Mengetahui apa dampak negatif dalam
bidang ekonomi dari kegiatan konferensi dan konvensi
1.4.
MANFAAT
Maklah
ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoritis maupun praktis.
1.4.1.
Manfaat Teoritis
Secara
teoritis makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai ilmu pengetahuan baru
tentang dampak ekonomi dari konferensi dan konvensi yang sebelumnya belum
pernah dibahas serta dapat dijadikan sebagai media pembelajaran bagi mahasiswa/i
khusunya mahasiswa konsentrasi MICE.
1.4.2.
Manfaat Praktis
Secara
praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi khalayak. Manfaat
tersebut diantaranya dapat dijadikan sebagai pengetahuan umum serta memotivasi
masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan konferensi dan konvensi, karena mengingat
dampak ekonomi dari kegiatan konferensi dan konvensi sangat besar bagi
masyarakat. Selain itu, pembuatan makalah ini juga diharapkan dapat dijadikan
sebagai bahan referensi dalam pembuatan kebijakan, terutama pembuatan kebijakan
untuk kegiatan konferensi dan konvensi di Indonesia setelah mengetahui dampak
ekonomi dari konferensi dan konvensi.
1.5.
METODE
Metode
yang digunakan dalam penulisan makalah
ini adalah metode studi pustaka yaitu dengan melakukan pengumpulan data seperti
membaca buku referensi serta browsing
internet.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
KONFERENSI
2.1.1.
Pengertian Konferensi
Istilah
konferensi (conference) adalah rapat atau pertemuan
untuk berunding atau bertukar pendapat mengenai suatu masalah yang
dihadapi bersama. Menurut (Pendit, 1999:29), istilah conference diterjemahkan dengan konferensi dalam bahasa Indonesia yang
mengandung pengertian sama.
Dalam
prakteknya, arti meeting sama saja
dengan conference, maka secara teknis
akronim MICE sesungguhnya adalah istilah yang memudahkan orang mengingatnya
bahwa kegiatan-kegiatan yang dimaksud sebagai perencanaan, pelaksanaan dan
penyelenggaraan sebuah meeting,
incentive, conference dan exhibition
hakekatnya merupakan sarana yang sekaligus adalah produk paket-paket wisata
yang siap dipasarkan. Kegiatan-kegiatan ini dalam industri pariwisata
dikelompokkan dalam sati kategori, yaitu MICE.
Menurut
Kesrul, (2004:7), konferensi (conference)
adalah suatu pertemuan yang diselenggarakan terutama mengenai bentuk-bentuk
tata karena, adat atau kebiasaan yang berdasarkan mufakat umum, dua perjanjian
antara negara-negara para penguasa pemerintahan atau perjanjian internasional
mengenai topik tawanan perang dan sebagainya. Dengan kata lain konferensi
menurut Kesrul adalah kegiatan pertemuan antar negara untuk membahas tatanan
dan bentuk-bentuk adat kebiasaan (http://jurnal-sdm.blogspot.co.id).
Konferensi
itu sendiri dapat berupa konferensi pers dan konferensi bisnis. Konferensi pers adalah acara khusus
yang dibuat sebagai sarana untuk mengumumkan, menjelaskan, mempertahankan atau
mempromosikan kebijaksanaan dengan maksud untuk mengukuhkan pengertian dan
penerimaan publik pada pihak pemrakarsa acara.
Tujuan
utama konferensi pers adalah untuk mewujudkan keinginan pemrakarsa untuk
menyampaikan pernyataan atau informasi oleh organisasi
atau individu
dengan mengundang media massa agar datang dan meliput dengan harapan
berita akan disiarkan seluas-luasnya.
Publikasi
informasi ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan khalayak
sasaran. Informasi yang disampaikan pada konferensi pers biasanya meliputi:
·
Menyampaikan kinerja perusahaan
·
Untuk membantah isu atau berita miring
·
Menyampaikan informasi produk atau
layanan baru
Secara
garis besar Konferensi pers adalah aktivitas sosialisasi dan konfirmasi atas
aktivitas, berita, produk dan jasa yang menyangkut masyarakat. Sedangkan
konferensi bisnis adalah konferensi yang membahas masalah bisnis (https://id.wikipedia.org).
2.1.2.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Konferensi
Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi kegiatan konferensi adalah sebagai berikut:
a.
Faktor Ekonomi
Kegiatan konferensi yang berada dalam konteks
kegiatan pariwisata dan didukung oleh banyak sektor industri lainnya ternyata
dipengaruhi oleh kondisi ekonomi suatu negara dan ekonomi dunia secara
keseluruhan. Bukti yang paling kuat adalah ketika terjadi resesi pada akhir
tahun 1990-an di banyak negara Asia, banyak terjadi pembatalan kegiatan MICE
yang berakibat terjadinya penurunan pendapatan dari kegiatan MICE atau
penyelenggaraan kegiatan MICE tetap berlangsung tetapi dengan penekanan biaya
yang jauh dari biaya sebelumnya. Pada saat seperti itu, perusahaan juga
mengalami penurunan keikutsertaannya pada kegiatan MICE, pengurangan jumlah
delegasi dari setiap perusahaan, pengurangan jumlah biaya yang harus
dikeluarkan, mengurangi biaya katering dan perubahan penggunaan akomodasi
menjadi tempat dengan biaya sewa lebih rendah (hotel bintang tiga kebawah lebih
sering digunakan dari pada hotel berbintang lima).
Sejalan dengan itu, nilai tukar mata uang suatu
negara berpengaruh terhadap penyelenggaraan kegiatan MICE, misalnya dengan
tingginya nilai tukar mata uang mungkin akan lebih sedikit kegiatan MICE
diselenggarakan oleh negara-negara yang memiliki nilai tukar mata uang lebih
rendah, hal ini berpengaruh terhadap keseluruhan biaya yang harus ditanggung
oleh peserta untuk perjalanannya ke luar negeri. Hal sebaliknya juga terjadi
dinegara dengan nilai tukar mata uang rendah ini akan menciptakan peluang untuk
diselenggarakannya kegiatan MICE dengan pasar dari negara bernilai mata uang
tinggi.
Bagaimanapun, industri MICE masih memiliki
karakteristik positif karena kegiatan konferensi suatu asosiasi atau perusahaan
dan pemerintahan harus tetap berlangsung walaupun dengan banyak keterbatasan.
b. Faktor Keamanan
Faktor keamanan suatu negara dan internasional
berpengaruh terhadap penyelenggaraan kegiatan MICE. Pada tanggal 11 September
merupakan suatu tindakan yang diidentifikasi sebagai kegiatan teroris dan telah
memberikan dampak langsung pada kegiatan perjalanan Internasional. Karena
faktor keamanan banyak kegiatan MICE ditunda atau dibatalkan yang berakibat
pada terjadinya penurunan penyelenggaraan kegiatan MICE.
Di Indonesia sendiri, Pacto Convex sebagai market
leader perusahaan jasa pengelola kegiatan MICE, mengalami penurunan 50%
jumlah peserta padan tahun 2002, dimana pada tahun 2001 pencapaian wisatawan
konvensi sebesar 91.000 orang (Pacto Convex-news & Article, 2003).
Penurunan angka wisatawan konvensi lebih jauh lagi
pasca Bom Bali, terjadi pembatalan Meeting dan Conference dan
diperkirakan kerugian yang diderita lebih dari US$ 10 juta (Bali Update,
2002). Gangguan keamanan berpengaruh besar terhadap kunjungan wisatawan konvensi
atau peserta kegiatan MICE.
Krisis lain yang berpengaruh terhadap penurunan
peserta kegiatan MICE adalah karena adanya epidemi, perang atau bencana. Pada
tahun 2001, di Inggris terjadi penyebaran penyakit mulut dan kaki, di Asia
berkembang Avian flu (flu burung). Hal ini telah memberikan dampak
negatif terhadap jumlah kunjungan dan penyelenggaraan kegiatan MICE dimana
penyakit tersebut berkembang.
Kenyataannya, krisis dan bencana berpengaruh besar
terhadap permintaan penyelenggaraan kegiatan MICE terutama pada kegiatan yang
bersifat Internasional. Antisipasi perlu dilakukan dengan meningkatkan keamanan
karena penyelenggaraan krgiatan MICE akan berlangsung dengan baik dalam kondisi
yang aman.
c. Pengaruh Teknologi
Perkembangan teknologi seperti adanya satelit, video
dan teleconference telah meningkatkan jumlah permintaan pada bisnis penyelenggaraan
konferensi. Meskipun perkembangannya perlahan, tetapi jelas sekali penggunaan
teknologi dalam kegiatan MICE terus berkembang.
Dalam satu survey di Inggris, konferensi video di
gunakan oleh 61,7% dari total responden pada tahun 2001, sementara di Amerika tele-conference
telah digunakan oleh 50% asosiasi sepanjang tahun 2001.
Banyak tempat penyelenggara mulai memfasilitasi
dengan kelengkapan video dan tele-conference, hal ini bertujuan untuk
mendapatkan pasar yang khusus dan terus berkembang. Adanya anggapan bahwa
dengan munculnya globalisasi, dunia menjadi semakin sempit dimana hal ini juga
dialami bisnis MICE sehinnga kemajuan teknologi telah memberikan warna tersendiri
pada penyelenggaraan kegiatan MICE. Dengan berkembangnya teknologi, tidak semua
peserta harus hadir dalam sebuah konferensi, sehingga muncullah istilah “tele-conferene”
(Wahyuningsih, Sri.2014).
2.2.
KONVENSI
2.2.1.
Pengertian Konvensi
Konvensi (convention) adalah kata benda yang mempunyai arti jamak antara
lain dapat diartikan sebagai “rapat / pertemuan” atau “adat / kebiasaan / hukum
tak tertulis” atau “perjanjian / persetujuan” atau “kaidah / ketentuan”.
Konvensi dapat diartikan juga sebagai persetujuan
formal yang bersifat multilateral dan diadakan di bawah wibawa organisasi internasional, termasuk juga instrumen-instrumen
yang dibuat oleh organ-organ lembaga internasional. Konvensi juga dipakai untuk
memberi nama suatu catatan dari persetujuan mengenai hal-hal penting, tetapi
yang tidak bersifat politik tingkat tinggi (high
policy).
Industri konvensi merupakan
pengembangan dari kegiatan “meeting” dan
dikatagorikan sama dengan industri jasa “hospitality” artinya yang menitik beratkan pada bisnis manusia “a people business”. Dengan demikian industri konvensi tidak
mungkin dinilai keberhasilannya dengan melihat pada indikator tertentu tetapi
harus dilihat dari keseluruhan siklus operasional dari tahap awal sampai akhir
konvensi.
Richard A. Hildreth dalam bukunya The Essential of Meeting Management
mengartikan konvensi sama dengan meeting profesional yang merupakan media
komunikasi intelektual dan emosional dari dua orang atau lebih yang didesain
untuk menjamin keamanan agar tercapai tujuan untuk kepentingan bersama. Pengertian
diatas lebih menitik beratkan pada aspek komunikasi intelektual dan emosional
antar manusia agar setiap orang yang terlibat didalamnya selalu berperan secara
aktif.
Direktorat Jenderal Pariwisata dalam buku Petunjuk
Penyelenggaraan Konvensi di Indonesia 1997 - 1998 mengartikan konvensi adalah suatu rangkaian kegiatan
berkumpulnya sekelompok orang / negarawan / usahawan / cendikiawan / kalangan
profesional dalam suatu pertemuan di suatu tempat yang terkondisikan oleh suatu
permasalahan dan pembahasan yang berkaitan dengan kepentingan bersama.
Jadi dapat disimpulkan bahwa
pengertian konvensi adalah suatu kegiatan pertemuan atau rapat yang dilakukan
oleh sekelompok orang (cendekiawan, negarawan, usahawan) untuk membahas masalah
yang berkaitan dengan kepentingan bersama (http://novianto-anto-fisip.web.unair.ac.id).
2.2.2.
Sifat-sifat Konvensi
Sifat konvensi
teridiri dari 5 jenis, yaitu:
a.
Konvensi lokal: Pertemuan ini bersifat lokal
dan diselenggarakan oleh kelompok kecil yang potensial, mungkin saja bersifat
mandiri yang mempunyai organisasi dengan pedoman kerja (AD/ART).
b.
Konvensi daerah: Konvensi yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah daerah atau
organisasi swasta daerah yang mandiri dengan pedoman kerja (AD/ART) yang
kegiatannya ditujukan untuk memajukan daerah setempat.
c.
Konvensi nasional: Melibatkan para peserta dan
penyelenggara pada skala nasional. Kegiatan ini bisa saja dilakukan oleh
pemerintah, atau oleh swasta atau kerjasama kedua belah pihak. Karena
cakupannya lebih luas, sehingga jenis konvensi ini memberikan dampak yang lebih
besar bagi penyelenggara maupun tempat penyelenggaraannya.
d.
Konvensi regional: Penyelenggaran konvensi ini
didasarkan pada letak geografis, yakni negara-negara bertetangga yang sepakat
membentuk wilayah untuk kepentingan bersama, contoh: ASEAN.
e.
Konvensi internasional: Seperti konvensi regional namun
dengan cakupan yang lebih luas / mengglobal, yang meliputi kerjasama antar
benua, contoh: WTO, IATA.
Sedangkan
untuk skala pelaksanaan kegiatan konvensi itu sendiri dapat disesuaikan dengan
keinginan dan kebutuhan penyelengara kegiatan. Skala konvensi tersebut antara
lian:
a.
Konvensi ukuran kecil: konvensi yang
dihadiri kurang lebih 20-50 peserta
b.
Konvensi ukuran sedang: konvensi yang
dihadiri kurang lebih 60-200 peserta
c.
Konvensi ukuran besar: konvensi yang
dihadiri kurang lebih 200-20.000
peserta
(Musiana. 2015. Modul Pengantar Konvensi).
BAB
III
PEMBUKTIAN
RISET
3.1. Dampak
Positif dalam Bidang Ekonomi dari Kegiatan World
Ocean Coference
World Ocean
Conference (WOC) merupakan salah satu kegiatan MICE (Meeting, Incentives, Conventions, and Exhibitions) yang sejalan
dalam mendukung Visit Indonesia Year (VIY) 2009. WOC dilaksanakan di Manado,
Sulawesi Utara pada tanggal 11-15Mei 2009. Konferensi ini dihadiri oleh sekitar
sekitar
4.700 peserta dari 121 negara di dunia.
Pelaksanaan WOC diharapkan dapat
bermanfaat tidak hanya bagi keilmuan kelautan, namun juga berdampak bagi
pariwisata khususnya kota Manado, sekaligus dapat mengangkat kembali Manado
sebagai destinasi wisata bahari dunia yang telah terkenal di mata internasional,
khususnya Taman Laut Bunaken. Pelaksanaan suatu konferensi (MICE) tentu
berdampak bagi daerah setempat, termasuk masyarakat, pemerintah daerah, dan
industri pariwisata yang terkait. Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang
menganalisis dampak penyelenggaraan WOC di Manado terhadap perekonomian dan
kepariwisataan Manado pada khususnya.
Kegiatan pariwisata MICE (WOC 2009)
tentunya membawa dampak positif bagi perekonomian dan citra Kota Manado juga
citra Indonesia di mata internasional. Penerimaan pajak dari subsektor terkait
langsung dengan pariwisata seperti akomodasi hotel, restoran, biro perjalanan
wisata, cenderamata merupakan dampak ekonomi positif yang utama dari
penyelenggaraan kegiatan WOC ini.
Multiplier
effect dari kegiatan ini bahkan lebih luas dan besar. Supplier makanan ke hotel
dan restoran misalnya, juga memberikan kontribusi pada perekonomian Kota
Manado. Peluang usaha dan lapangan pekerjaan yang sekaligus meningkatkan
pendapatan masyarakat. Masyarakat pun diberdayakan untuk mendukung acara ini.
Selain itu, pelaksanaan event tersebut meningkatkan rasa cinta kepada
daerahnya, dan memunculkan rasa dan kesadaran masyarakat untuk tetap menjaga
keindahan dan kelestarian alam dan budaya Manado.
Perbaikan dan penambahan
sarana/fasilitas umum, trotoar, sarana transportasi, program penghijauan dan
kebersihan kota juga berdampak positif dan dapat dinikmati oleh masyarakat
lokal. Selain
infrastruktur jalan raya, ratusan kamar dan ruang simposium baru tersedia di
hotel berbintang, fasilitas bandara disiapkan lebih baik, begitu pula layanan
imigrasi. Listrik bertenaga panas bumi sebesar 40 megawatt telah menyuplai
kebutuhan listrik di sana.
Oleh karena itu, keadaan ini harus
dimanfaatkan secara optimal agar dampak positif dari kegiatan ini dapat
dirasakan secara berkelanjutan oleh masyarakat sekitar. Selain itu, dampak dari
kegiatan yang telah menambah kapasitas produksi pariwisata Manado ini, juga
perlu mendapat perhatian dari pemerintah agar dapat diberdayakan secara optimal
(http://www.p2par.itb.ac.id).
3.2. Dampak
Negatif dalam Bidang Ekonomi dari Kegiatan World
Ocean Conference
Suksesnya WOC
akan memberikan kredit poin tersendiri bagi kita. Mengingat yang hadir dalam
kegiatan ini adalah perwakilan berbagai negara yang terdiri dari banyak unsur,
mulai dari wakil pemerintahan, para peneliti dan pakar kelautan, non government organization (NGO), pers,
dan sebagainya. Mata seluruh dunia akan tertuju ke Sulawesi Utara.
Keberhasilan
kegiatan ini menjadi sebuah promosi luar biasa bagi Sulawesi Utara dalam
berbagai sektor. Di antaranya sektor pariwisata. Nama Bunaken yang sudah
mendunia, akan semakin berkibar. Demikian pula objek dan potensi wisata lainnya
di Bumi Nyiur Melambai. Semakin banyak lagi orang yang akan mengenal daerah
kita ini. Selebihnya, kita akan mendapatkan banyak manfaat dari kegiatan
tersebut.
Berdasar itulah,
pemerintah daerah di berbagai level mati-matian mempersiapkan segala hal.
Jalan-jalan dibikin mulus, jumlah hotel ditambah, kualitas hotel yang sudah ada
di up grade, dan persiapan sumber daya
manusia (SDM) secara matang (http://eddymesakh.com).
Namun dibalik semua itu ternyata ada
dampak negatif yang sedikit dirasakan. Kegiatan berskala
konferensi dunia yang biasanya ditangani PBB, namun Indonesia mengambil
inisiatif sendiri menggelar WOC dengan menggunakan dana khusus, kata Menteri,
disela-sela presentasi terbatas panitia nasional WOC, di Manado, Minggu.
Inisiatif bangsa
Indonesia menggelar WOC merupakan pertama kali di dunia, dan mendapat dukungan
penuh masyarakat internasional serta sejumlah pimpinan atau kepala negara di
dunia. Sehingga pelaksanaan WOC tersebut diharapkan berlangsung dengan baik dan
aman, karena membawa nama baik bangsa dan negara. Pemerintah dan panitia harus
bekerja keras untuk menyukseskan iven itu, mulai dari kesiapan infrastruktur
pembangunan hingga keamanan, karena citra bangsa Indonesia turut dipertaruhkan,
katanya.
Menurut Duta
Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia, sudah melakukan perbincangan serius
dengan pemerintah Indonesia, terkait kesiapan pelaksanaan WOC di Kota Manado,
sekaligus menyatakan dukungan penuh kegiatan itu. Oleh karena itu kegiatan yang
berskala Internasional yang membutuhkan dana besar ini di tanggung oleh
pemerintah Indonesia. Sehingga, dana kas pemerintah pun tentunya terglontor
untuk kegiatan tersebut, walaupun sebenarnya dana tersebut sudah dipersiapkan
(http://www.antaranews.com).
Namun dampak
negatif tersebut dapat tertutup dari banyaknya dampak positif yang dirasakan oleh
masyarakat, daerah, dan negara baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
Sehingga pemerintah tidak merasa dirugikan bahkan tidak merasa enggan untuk
mengeluarkan dana besar untuk kegiatan tersebut.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Dampak Positif
Dalam Bidang Ekonomi Dari Kegiatan Konferensi dan Konvensi
Kegiatan
konferensi dan konvensi tidak dapat dipisahkan dari mata rantai usaha di bidang
kepariwisataan dan berbagai sektor usaha lainnya. Penyelenggaraan konferensi
dan konvensi selalu melibatkan banyak sektor usaha dan industri. Hal itu
menimbulkan pengaruh ekonomi berlipat ganda (multiplier effect) yang menguntungkan dan dapat dirasakan oleh
banyak pihak, khususnya karena daya pengeluaran finansial (spending power) dari kegiatan konferensi dan konvensi cukup tinggi.
Di antara
pihak-pihak yang potensial mendapatkan keuntungan besar dari kegiatan konferensi
dan konvensi adalah percetakan, hotel, perusahaan sovenir, biro perjalanan
wisata, transportasi, restaurant, Professional
Conference Organizer (PCO), Usaha Kecil dan Menengah (UKM), dan Event Organizer.
Sejumlah
penyelenggaraan kegiatan konferensi dan konvensi di Indonesia terbukti memberi
kontribusi konkret dalam pembangunan ekonomi. Hal ini dapat berbentuk:
1. Penerimaan cadangan devisa dalam
waktu relatif singkat
Salah satu motivasi utama sebuah
negara mempromosikan dirinya sebagai negara yang mampu mengadakan kegiatan
konferensi dan konvensi adalah timbulnya kemajuan dalam ekonomi, terutama bagi
negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Dari kegiatan konferensi dan
konvensi yang diadakan di Indonesia akan meningkatkan devisa negara (national balance payment) yaitu melalui
pertukaran mata uang asing (foreign
exchange) yang dilakukan oleh wisatawan konvensi tersebut.
2. Penerimaan pajak
Penerimaan pajak dari subsektor
terkait langsung dengan pariwisata seperti akomodasi hotel, restoran, biro
perjalanan wisata, cinderamata merupakan dampak ekonomi positif yang utama dari
penyelenggaraan kegiatan konferensi dan konvensi
3. Penyerapan tenaga kerja
Dengan diadakannya kegiatan
konferensi dan konvensi di suatu negara dapat membuka lapangan pekerjaan baru
bagi masyarakat atau penduduk lokal diberbagai bidang, terkhusus dibidang
pariwisata seperti: menjadi tour guide, waiter, bell boy, dan lain-lain.
Dalam
kegiatan konferensi dan konvensi banyak peserta yang menghabiskan uangnya untuk
kegiatan tersebut. Namun tidak jarang dari peserta konferensi dan konvensi
mengeluarkan biaya lain di luar kegiatan pokok, seperti peserta melakukan
perjalanan sebelum atau setelah kegiatan konferensi dan konvensi berlangsung.
Hal ini akan menambah komponen pada biaya perjalanan, akomodasi, restoran,
belanja dan pelayanan lain yang berhubungan dengan kegiatan wisata tambahannya.
4.
Pengembangan
infrastruktur daerah
Banyak
kegiatan yang diselenggarakan akan atau harus berdampak pada ekonomi secara
keseluruhan. Sehingga pertimbangan yang dapat diambil adalah akan memberikan
keuntungan jangka panjang pada tempat penyelenggaraan kegiatan konferensi dan
konvensi.
Dengan dibangunnya fasilitas dan infrastruktur yang lebih baik
akan memberikan kenyamanan dan keamanan bagi para wisatawan. Secara langsung
dan tidak langsung hal ini bisa dipergunakan dan dinikmati oleh penduduk lokal,
baik saat kegiatan tersebut sedang berlangsung ataupun setelah kegiatan
tersebut berlangsung. Seperti : tempat rekreasi, mall, Symphony Hall, Exhibition dan
Congress Center dan lain-lain.
Pembangunan tempat penyelenggaraan
kegiatan konferensi dan konvensi di suatu daerah merupakan investasi bagi
daerah tersebut. Alasannya adalah suatu
daerah tersebut memang akan menjadi tempat tujuan diselenggarakannya kegiatan
konferensi dan konvensi lainnya.
5.
Peningkatan pendapatan
Penghasilan besar dari bisnis MICE itu dapat diperoleh dari
subsektor bisnis MICE, yang termasuk di dalamnya kegiata konferensi dan
konvensi antara lain:
-
usaha
akomodasi seperti hotel, wisma, dan losmen;
-
usaha
jasa penyewaan audio visual,
-
usaha
konsumsi baik berbentuk restoran maupun perusahaan jasa boga atau katering;
-
usaha
suvenir yang meliputi pusat perbelanjaan, toko-toko hadiah, perusahaan
kerajinan dari berbagai bahan tekstil pakaian, kulit, kerajinan bambu, kayu,
dan rotan;
-
usaha
jasa hiburan seperti orkestra, sendratari, sanggar kesenian dan kebudayaan
serta lawak, dan usaha jasa pengiriman cepat (ekspres) dan pelayaran
(shipping).
Semua jenis usaha ini bisa dikelola oleh UMKM atau
setidaknya melibatkan banyak sektor lainnya.
6. Peningkatan
jumlah kunjungan wisatawan
Peningkatan
ekonomi secara lokal terjadi karena peningkatan jumlah wisatawan yang datang ke
suatu daerah secara rombongan yang dilatarbelakangi oleh kegiatan konferensi
dan konvensi yang disertai dengan kegiatan pendamping seperti tour dan wisata belanja.
7. Peningkatan
waktu lama tinggal wisatawan
Pemerintah
dibanyak negara menjadikan pariwisata sebagai industry yang berkembang dan
mampu meningkatkan keuntungan secara ekonomi serta menciptakan lapangan kerja.
Kegiatan konferensi dan konvensi (MICE) merupakan suatu kegiatan yang dapat
menarik wisatawan untuk berkunjung dan meningkatkan pengeluaran serta lama
tinggal di daerah tujuan yang sedang diselenggarakan kegiatan tersebut. Dengan
kata lain, semakin lama diadaknnya kegiatan konferensi dan konvensi di suatu
daerah, maka akan semakin lama pula wisatawan konferensi tersebut tinggal dan
belanja di suatu daerah sehingga banyak uang yang dikeluarkan untuk daerah
tersebut, baik dari wisatawan domestik
maupun mancanegara.
8. Promosi
daerah wisata
Disetiap akhir dari sebuah kegiatan
konferensi tidak jarang disertai dengan perjalanan wisata. Hal ini dapat
memberikan investasi jangka panjang bagi daerah wisata tersebut karena dapat
dijadikan sebagai promosi daerah wisata serta memberikan good memory terhadap para wisatawan yang datang. Dari kunjungan
tersebut secara tidak langsung para peserta juga dapat mempromosikan destanasi
melalui word of mouth kepada
orang-orang terdekatnya atau mengunggah foto-foto mereka ketika kembali
kedaerah asalnya.
4.2.
Dampak Negatif Dalam Bidang Ekonomi Dari Kegiatan Konferensi dan Konvensi
Kegiatan MICE atau konferensi dan konvensi merupakan salah satu industri raksasa dunia yang mendorong
pertumbuhan sektor ekonomi paling cepat. Namun, tanpa disadari banyak
kerugian tersembunyi dari kegiatan tersebut yaitu, adanya dampak-dampak pada
ekonomi yang tidak diharapkan oleh penduduk setempat.
Seringkali keuntungan yang didapatkan dari kegiatan konferensi dan konvensi di sebuah negara maju lebih
tinggi dari negara berkembang. Padahal Negara berkembang lebih membutuhkan
pendapatan tambahan, pekerjaan, dan peningkatan standar hidup lewat bisnis MICE
ini. karena bisnis ini berhubungan erat dengan bidang akomodasi, transportasi,
makanan dan jasa lainnya.
Adanya dampak negatif di bidang ekonomi dikarenakan adanya transfer
besar-besaran pendapatan pariwisata dari negara tuan rumah, kemudian kurang
diperhatikannya bisnis dan produk dalam negeri.
Berikut ini adalah beberapa dampak negative dalam bidang ekonomi dari
kegiatan konferensi dan konfensi:
1) Bahaya
ketergantungan yang sangat mendalam terhadap pariwisata, dengan kata lain
masyarakat hanya mengandalkan kegiatan pariwisata saja untuk peningkatan
perekonomi mereka. Karena dari kegiatan konferensi dan konvensi tersebut,
mereka telah mendapatkan pendapatan diatas rata-rata dari biasanya dan hanya
membutuhkan modal usaha sedikit. Akan tetapi pada saat setelah
diselenggaraknnya kegiatan konferensi dan konvensi mereka akan cenderung lebih
malas untuk mengelola industry mereka, karena tidak ada jaminan pasti kenaikan
penjualan yang signifikan.
2) Eksploitasi
daerah, maksudnya adalah eksploitasi terhadap subjek biasanya hanya untuk
kepentingan ekonomi tanpa mempertimbangkan lainnya. Suatu tempat yang di
ekspolitasi secara besar-besaran maka akan menimbulkan subjek tersebut rusak.
3) Harga dan
Biaya yang tidak tetap. Kegiatan konferensi dan konvensi di suatu daerah
mempengaruhi pasar di daerah tersebut. Maksudnya adalah ketika diadakannya
kegiatan tersebut harga barang di daerah tersebut tiba-tiba melonjak naik,
begitu juga dengan biya lainnya.
4) Meningkatkan
inflasi dan harga jual tanah menjadi mahal. Dengan diadakannya kegiatan
konferensi dan konvensi di suatu daerah, membuat banyak pihak ingin
menginvestasikan tanah yang dimilikinya dan menjualnya dengan harga yang mahal
dari biasanya. Alasannya adalah karena beberapa pihak yang berkepentingan dalam
kegiatan tersebut pasti sangat membutuhkan lahan tersebut dan tidak lagi
memikirkan harganya, karena penghasilan yang akan dari kegiatan konferensi dan
konvensi jauh lebih menjanjikan.
5) Meningkatkan
impor barang dari luar negri, terutama alat-alat teknologi modern yang
digunakan untuk memberikan pelayanan bermutu pada wisatawan dan juga
biaya-biaya pemeliharaan fasilitas-fasilitas yang ada. Karena peralatan dan
fasilitas yang ada di Indonesia tidak jarang sulit untuk didapatkan.
6) Produksi
yang bersifat musiman menyebabkan rendahnya tingkat pengembalian modal awal.
7) Terjadi ketimpangan daerah dan memburuknya
kesenjangan pendapatan antara beberapa kelompok masyarakat.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Faktor yang
mempengaruhi kegiatan konferensi adalah faktor ekonomi, faktor keamanan, dan
pengaruh teknologi. Dampak ekonomi dalam kegiatan MICE adalah mampu
meningkatkan keuntungan secara ekonomi serta menciptakan lapangan pekerjaan.
Dengan diadakannya kegiatan konferensi dan konvensi dapat memberikan dampak
ekonomi jangka panjang dan multiplier
effect bagi masyararakat, daerah maupun bagi Negara. Sehingga bisnis ini
menjadi bisnis primadona pada saat ini, khususnya bagi Indonesia yang menjadi
sasaran berkembangnya industri MICE.
5.2. Saran
Mengingat negara Indonesia masih
berada diposisi tengah dalam penyelengaraan MICE, maka sudah seharusnya
pemerintah Indonesia perlu memberikan perhatian lebih terhadap bisnis yang
menjanjikan ini, karena tidak hanya masyarakat saja yang menikmati hasil dari
kegiatan ini, namun banyak pihak yang merasa diuntungkan.
Selian itu fasilitas dan infrasturktur
yang ada saat ini pun juga belum cukup memadahi jika dibandingkan dengan
negara-negara didunia, sehingga perlu dibuat gedung-gedung khusus seperti
gedung convention center yang mampu
menampung banyak perserta dan memiliki falitas tekhnologi serta keamanan yang
terjamin.
DAFTAR PUSTAKA
Angga, Ady. 2015. Dampak Pariwisata
terhadap Perekonomian. (http://mahasiswapariwisatambp2adyangga.blogspot.co.id
diakses pada tanggal 23 Maret 2016)
Anra News. WOC Inisiatif Indonesia
Kata Numberi. (http://www.antaranews.com
diakses pada tanggal 1 April 2016)
Anto, Novianto.2013. Materi
Konvensi. (http://fisip.web.unair.ac.id
diakses pada tanggal 23 Maret 2016)
Bagus, Denny.2009. MICE, Meeting, Incentive, Coferensi. (http://jurnal-sdm.blogspot.co.id diakses
pada tanggal 23 Maret 2016)
Damanik, Ericson. 2014. Bisnis MICE
Sebagai Potensi Unggulan. (http://ondyx.blogspot.co.id
diakses pada tanggal 23 Maret 2016)
Geospray. 2007. Wisata Konvensi
di Indonesia.
(https://goespray.wordpress.com
diakses pada tanggal 23 Maret 2016)
Institut
Teknologi Bandung, Pusat Perencanaan dan Pengembangan Keparwisataan (http://www.p2par.itb.ac.id diakses pada tanggal 23 Maret 2016)
Konferensi-Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas. (https://id.wikipedia.org diakses
pada tanggal 23 Maret 2016)
Mesakh, Eddy. 2009. Menyambut Pesta
WOC di Manado. (http://eddymesakh.com
diakses pada tanggal 1 April 2016)
Said, Yulia Parmita.2015. Dampak
Positif dan Negatif dari Event. (http://yuliaparamitasaid.blogspot.co.id
diakses pada tanggal 23 Maret 2016)
Wahyuningsih, Sri.2014.
MICE (Meeting, Incentive,
Convention/Coference, and Exhibition). Madura: UTM Press