Senin, 26 September 2016

makalah dampak ekonomi konferensi dan konvensi



DAMPAK EKONOMI DARI KONFERENSI DAN KONVENSI



Disusun Oleh:
Kartika
061440610895
Kurnia Illahi
061440610896
Malus 
061440610899
Nindy Lupita Sari
061440610900



JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS
PROGRAM STUDI USAHA PERJALANAN WISATA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2016




KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Dampak Ekonomi dari Konferensi dan Konvensi” sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
            Makalah ini dibuat sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Manajemen Proyek MICE. Diharapkan dari penulisan makalah ini penulis dapat mengetahui dampak ekonomi dari kegiatan konferensi dan konvensi yang akan dibahas.
Dalam penulisan makalah ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada rekan seperjuangan yang telah memberikan dukungan, baik dukungan tenaga maupun pikiran. Tak lupa kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Yulia Pebrianti selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Proyek MICE yang bersedia membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini.
            Tentunya dalam penulisan makalah ini kami mengalami banyak kesulitan, dan kekurangan sehingga kritik dan saran sangat dibutuhkan demi menuju kesempurnaan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis sebagai acuan belajar.


Palembang,    Maret 2016


DAFTAR ISI

Halam judul..............................................................................................................i
Kata pengantar.........................................................................................................ii
Daftar isi.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang..................................................................................1
1.2.Rumusan masah...............................................................................3
1.3.Tujuan..............................................................................................3
1.4.Manfaat............................................................................................3
1.5.Metode.............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA/LANDASAN TEORI
2.1. Koferensi............................................................................................5
2.1.1. Pengertian Konferensi..............................................................5
2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Konferensi.......7
2.2. Kovensi..............................................................................................10
2.2.1. Pengertian Konvensi.............................................................. 10
2.2.2. Sifat-Sifat Konvensi................................................................12
BAB III PEMBUKTIAN RISET
3.1.   Dampak Positif dalam Bidang Ekonomi dari Kegiatan
World Ocean Conference….........................................................14
3.2.   Dampak Negatif dalam Bidang Ekonomi dari Kegiatan
World Ocean Conference............................................................ 16
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Dampak Positif dalam Bidang Ekonomi dari Kegiatan
Konfernsi dan Konvensi……………………………………….18
4.2. Dampak Negatif dalam Bidang Ekonomi dari Kegiatan
Konfernsi dan Konvensi ………………….…………………..23
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan…………………………………………………….26
5.2. Saran…………………………………………………………...26
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………28


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            LATAR BELAKANG
Perkembangan industri pariwisata saat ini tidak lagi hanya menyajikan panorama nan indah, budaya yang eksotik, rekreasi yang menyenangkan, petualangan yang mendebarkan, melainkan lebih daripada itu. Pariwisata saat ini telah dikemas kedalam sub sektor baru yang identik dengan pemberian pelayanan/service.
Pemberian pelayanan/service ini ditunjukkan melalui industri baru yang sedang tumbuh dan berkembang pesat di Indonesia, yakni industri MICE (Meeting, Incentive, Conference, and Exhibition). Keempat komponen industri ini memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain, yang kemudian akan memberikan multiplier effect bagi suatu daerah tersebut. Salah satu kegiatan yang memberikan multiplier effect terbesar dalam industry MICE adalah kegiatan konvensi.
Dalam sebuah penyelenggaraan konvensi yang dilakukan tidak hanya kegiatan pertemuan saja, namun juga dilakukan kegiatan-kegiatan lain seperti perjalanan wisata, belanja ataupun kegiatan-kegiatan lainnya. Untuk itu dalam sebuah penyelenggaraan konvensi tidak hanya dibutuhkan tempat beserta fasilitas konvensi saja, namun juga dibutuhkan sarana transportasi untuk traveling, sarana hiburan, olahraga, pusat perbelanjaan, sarana akomodasi, dan sarana prasarana pendukung lainnya.
Melihat sarana prasarana yang diperlukan dalam satu kali kegiatan konvensi cukup banyak, sudah tentu akan melibatkan tenaga kerja yang jumlahnya banyak didalam pelaksanaanya. Oleh karena itu maka dikatakan bahwa konvensi merupakan suatu bisnis besar (big business).
Oleh karena wisata konvensi ini merupakan sebuah bisnis yang besar (big business), sudah seharusnya kepariwisataan Indonesia lebih meningkatkan pengelolaan jenis wisata ini. Namun menurut Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, kegiatan wisata konvensi di Indonesia masih kurang. Tahun lalu Indonesia hanya bisa menyelenggarakan 200 event konvensi, jika dibandingkan dengan Singapura yang menyelenggarakan 1000 event konvensi ditahun yang sama Indonesia masih kalah jauh. Padahal sebagai salah satu negaran tujuan wisata, fasilitas konvensi di Indonesia tidak kalah dibandingkan negara-negara lain (Bisnis Indonesia) (https://goespray.wordpress.com).
Melihat keberadaan peringkat industry MICE di Indonesia yang masih berada di papan tengah tingkat Asia dan dunia, tentunya Indonesia harus mulai berbenah diri dengan jalan menyiapkan dan meningkatkan segala fasilitas penunjang kegiatan konvensi. Tidak hanya itu saja, pengetahuan masyarakat mengenai penyelenggaraan kegiatan konvensi juga harus ditingkatkan. Sehingga wisata konvensi akan memberikan dampak tidak hanya bagi pertumbuhan ekonomi, melainkan juga berdampak pada pembangunan di Indonesia.

1.2.            RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
a.       Apa dampak positif dalam bidang ekonomi dari kegiatan konferensi dan konvensi?
b.      Apa dampak negatif dalam bidang ekonomi dari kegiatan konferensi dan konvensi?

1.3.            TUJUAN
Adapun tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:
a.       Mengetahui apa dampak positif dalam bidang ekonomi dari kegiatan konferensi dan konvensi
b.      Mengetahui apa dampak negatif dalam bidang ekonomi dari kegiatan konferensi dan konvensi

1.4.            MANFAAT
Maklah ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoritis maupun praktis.
1.4.1.      Manfaat Teoritis
Secara teoritis makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai ilmu pengetahuan baru tentang dampak ekonomi dari konferensi dan konvensi yang sebelumnya belum pernah dibahas serta dapat dijadikan sebagai media pembelajaran bagi mahasiswa/i khusunya mahasiswa konsentrasi MICE.


1.4.2.      Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi khalayak. Manfaat tersebut diantaranya dapat dijadikan sebagai pengetahuan umum serta memotivasi masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan konferensi dan konvensi, karena mengingat dampak ekonomi dari kegiatan konferensi dan konvensi sangat besar bagi masyarakat. Selain itu, pembuatan makalah ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam pembuatan kebijakan, terutama pembuatan kebijakan untuk kegiatan konferensi dan konvensi di Indonesia setelah mengetahui dampak ekonomi dari konferensi dan konvensi.

1.5.            METODE
Metode yang digunakan dalam penulisan  makalah ini adalah metode studi pustaka yaitu dengan melakukan pengumpulan data seperti membaca buku referensi serta browsing internet.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KONFERENSI
2.1.1. Pengertian Konferensi
Istilah konferensi (conference) adalah rapat atau pertemuan untuk berunding atau bertukar pendapat mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama. Menurut (Pendit, 1999:29), istilah conference diterjemahkan dengan konferensi dalam bahasa Indonesia yang mengandung pengertian sama.
Dalam prakteknya, arti meeting sama saja dengan conference, maka secara teknis akronim MICE sesungguhnya adalah istilah yang memudahkan orang mengingatnya bahwa kegiatan-kegiatan yang dimaksud sebagai perencanaan, pelaksanaan dan penyelenggaraan sebuah meeting, incentive, conference dan exhibition hakekatnya merupakan sarana yang sekaligus adalah produk paket-paket wisata yang siap dipasarkan. Kegiatan-kegiatan ini dalam industri pariwisata dikelompokkan dalam sati kategori, yaitu MICE.
Menurut Kesrul, (2004:7), konferensi (conference) adalah suatu pertemuan yang diselenggarakan terutama mengenai bentuk-bentuk tata karena, adat atau kebiasaan yang berdasarkan mufakat umum, dua perjanjian antara negara-negara para penguasa pemerintahan atau perjanjian internasional mengenai topik tawanan perang dan sebagainya. Dengan kata lain konferensi menurut Kesrul adalah kegiatan pertemuan antar negara untuk membahas tatanan dan bentuk-bentuk adat kebiasaan (http://jurnal-sdm.blogspot.co.id).
Konferensi itu sendiri dapat berupa konferensi pers dan konferensi bisnis. Konferensi pers adalah acara khusus yang dibuat sebagai sarana untuk mengumumkan, menjelaskan, mempertahankan atau mempromosikan kebijaksanaan dengan maksud untuk mengukuhkan pengertian dan penerimaan publik pada pihak pemrakarsa acara.
Tujuan utama konferensi pers adalah untuk mewujudkan keinginan pemrakarsa untuk menyampaikan pernyataan atau informasi oleh organisasi atau individu dengan mengundang media massa agar datang dan meliput dengan harapan berita akan disiarkan seluas-luasnya.
Publikasi informasi ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan khalayak sasaran. Informasi yang disampaikan pada konferensi pers biasanya meliputi:
·         Menyampaikan kinerja perusahaan
·         Untuk membantah isu atau berita miring
·         Menyampaikan informasi produk atau layanan baru
Secara garis besar Konferensi pers adalah aktivitas sosialisasi dan konfirmasi atas aktivitas, berita, produk dan jasa yang menyangkut masyarakat. Sedangkan konferensi bisnis adalah konferensi yang membahas masalah bisnis (https://id.wikipedia.org).

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Konferensi
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan konferensi adalah sebagai berikut:
a.       Faktor Ekonomi
Kegiatan konferensi yang berada dalam konteks kegiatan pariwisata dan didukung oleh banyak sektor industri lainnya ternyata dipengaruhi oleh kondisi ekonomi suatu negara dan ekonomi dunia secara keseluruhan. Bukti yang paling kuat adalah ketika terjadi resesi pada akhir tahun 1990-an di banyak negara Asia, banyak terjadi pembatalan kegiatan MICE yang berakibat terjadinya penurunan pendapatan dari kegiatan MICE atau penyelenggaraan kegiatan MICE tetap berlangsung tetapi dengan penekanan biaya yang jauh dari biaya sebelumnya. Pada saat seperti itu, perusahaan juga mengalami penurunan keikutsertaannya pada kegiatan MICE, pengurangan jumlah delegasi dari setiap perusahaan, pengurangan jumlah biaya yang harus dikeluarkan, mengurangi biaya katering dan perubahan penggunaan akomodasi menjadi tempat dengan biaya sewa lebih rendah (hotel bintang tiga kebawah lebih sering digunakan dari pada hotel berbintang lima).
Sejalan dengan itu, nilai tukar mata uang suatu negara berpengaruh terhadap penyelenggaraan kegiatan MICE, misalnya dengan tingginya nilai tukar mata uang mungkin akan lebih sedikit kegiatan MICE diselenggarakan oleh negara-negara yang memiliki nilai tukar mata uang lebih rendah, hal ini berpengaruh terhadap keseluruhan biaya yang harus ditanggung oleh peserta untuk perjalanannya ke luar negeri. Hal sebaliknya juga terjadi dinegara dengan nilai tukar mata uang rendah ini akan menciptakan peluang untuk diselenggarakannya kegiatan MICE dengan pasar dari negara bernilai mata uang tinggi.
Bagaimanapun, industri MICE masih memiliki karakteristik positif karena kegiatan konferensi suatu asosiasi atau perusahaan dan pemerintahan harus tetap berlangsung walaupun dengan banyak keterbatasan.

b.      Faktor Keamanan
Faktor keamanan suatu negara dan internasional berpengaruh terhadap penyelenggaraan kegiatan MICE. Pada tanggal 11 September merupakan suatu tindakan yang diidentifikasi sebagai kegiatan teroris dan telah memberikan dampak langsung pada kegiatan perjalanan Internasional. Karena faktor keamanan banyak kegiatan MICE ditunda atau dibatalkan yang berakibat pada terjadinya penurunan penyelenggaraan kegiatan MICE.
Di Indonesia sendiri, Pacto Convex sebagai market leader perusahaan jasa pengelola kegiatan MICE, mengalami penurunan 50% jumlah peserta padan tahun 2002, dimana pada tahun 2001 pencapaian wisatawan konvensi sebesar 91.000 orang (Pacto Convex-news & Article, 2003).
Penurunan angka wisatawan konvensi lebih jauh lagi pasca Bom Bali, terjadi pembatalan Meeting dan Conference dan diperkirakan kerugian yang diderita lebih dari US$ 10 juta (Bali Update, 2002). Gangguan keamanan berpengaruh besar terhadap kunjungan wisatawan konvensi atau peserta kegiatan MICE.
Krisis lain yang berpengaruh terhadap penurunan peserta kegiatan MICE adalah karena adanya epidemi, perang atau bencana. Pada tahun 2001, di Inggris terjadi penyebaran penyakit mulut dan kaki, di Asia berkembang Avian flu (flu burung). Hal ini telah memberikan dampak negatif terhadap jumlah kunjungan dan penyelenggaraan kegiatan MICE dimana penyakit tersebut berkembang.
Kenyataannya, krisis dan bencana berpengaruh besar terhadap permintaan penyelenggaraan kegiatan MICE terutama pada kegiatan yang bersifat Internasional. Antisipasi perlu dilakukan dengan meningkatkan keamanan karena penyelenggaraan krgiatan MICE akan berlangsung dengan baik dalam kondisi yang aman.

c.       Pengaruh Teknologi
Perkembangan teknologi seperti adanya satelit, video dan teleconference telah meningkatkan jumlah permintaan pada bisnis penyelenggaraan konferensi. Meskipun perkembangannya perlahan, tetapi jelas sekali penggunaan teknologi dalam kegiatan MICE terus berkembang.
Dalam satu survey di Inggris, konferensi video di gunakan oleh 61,7% dari total responden pada tahun 2001, sementara di Amerika tele-conference telah digunakan oleh 50% asosiasi sepanjang tahun 2001.
Banyak tempat penyelenggara mulai memfasilitasi dengan kelengkapan video dan tele-conference, hal ini bertujuan untuk mendapatkan pasar yang khusus dan terus berkembang. Adanya anggapan bahwa dengan munculnya globalisasi, dunia menjadi semakin sempit dimana hal ini juga dialami bisnis MICE sehinnga kemajuan teknologi telah memberikan warna tersendiri pada penyelenggaraan kegiatan MICE. Dengan berkembangnya teknologi, tidak semua peserta harus hadir dalam sebuah konferensi, sehingga muncullah istilah “tele-conferene” (Wahyuningsih, Sri.2014).

2.2. KONVENSI
2.2.1. Pengertian Konvensi
Konvensi (convention) adalah kata benda yang  mempunyai arti jamak antara lain dapat diartikan sebagai “rapat / pertemuan” atau “adat / kebiasaan / hukum tak tertulis” atau “perjanjian / persetujuan” atau “kaidah / ketentuan”.
Konvensi dapat diartikan juga sebagai persetujuan formal yang bersifat multilateral dan diadakan di bawah wibawa organisasi internasional, termasuk juga instrumen-instrumen yang dibuat oleh organ-organ lembaga internasional. Konvensi juga dipakai untuk memberi nama suatu catatan dari persetujuan mengenai hal-hal penting, tetapi yang tidak bersifat politik tingkat tinggi (high policy).
Industri konvensi merupakan pengembangan dari kegiatan “meeting” dan dikatagorikan sama dengan industri jasa “hospitality” artinya yang menitik beratkan pada bisnis manusia “a people business”. Dengan demikian industri konvensi tidak mungkin dinilai keberhasilannya dengan melihat pada indikator tertentu tetapi harus dilihat dari keseluruhan siklus operasional dari tahap awal sampai akhir konvensi.
Richard A. Hildreth dalam bukunya The Essential of Meeting Management mengartikan konvensi sama dengan meeting profesional  yang merupakan media komunikasi intelektual dan emosional dari dua orang atau lebih yang didesain untuk menjamin keamanan agar tercapai tujuan untuk kepentingan bersama. Pengertian diatas lebih menitik beratkan pada aspek komunikasi intelektual dan emosional antar manusia agar setiap orang yang terlibat didalamnya selalu berperan secara aktif.
Direktorat Jenderal Pariwisata dalam buku Petunjuk Penyelenggaraan Konvensi di Indonesia 1997 - 1998 mengartikan konvensi adalah suatu rangkaian kegiatan berkumpulnya sekelompok orang / negarawan / usahawan / cendikiawan / kalangan profesional dalam suatu pertemuan di suatu tempat yang terkondisikan oleh suatu permasalahan dan pembahasan yang berkaitan dengan kepentingan bersama.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian konvensi adalah suatu kegiatan pertemuan atau rapat yang dilakukan oleh sekelompok orang (cendekiawan, negarawan, usahawan) untuk membahas masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama (http://novianto-anto-fisip.web.unair.ac.id).

2.2.2. Sifat-sifat Konvensi
Sifat konvensi teridiri dari 5 jenis, yaitu:
a.          Konvensi lokal: Pertemuan ini bersifat lokal dan diselenggarakan oleh kelompok kecil yang potensial, mungkin saja bersifat mandiri yang mempunyai organisasi dengan pedoman kerja (AD/ART).
b.         Konvensi daerah: Konvensi yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah daerah atau organisasi swasta daerah yang mandiri dengan pedoman kerja (AD/ART) yang kegiatannya ditujukan untuk memajukan daerah setempat.
c.          Konvensi nasional: Melibatkan para peserta dan penyelenggara pada skala nasional. Kegiatan ini bisa saja dilakukan oleh pemerintah, atau oleh swasta atau kerjasama kedua belah pihak. Karena cakupannya lebih luas, sehingga jenis konvensi ini memberikan dampak yang lebih besar bagi penyelenggara maupun tempat penyelenggaraannya.
d.         Konvensi regional: Penyelenggaran konvensi ini didasarkan pada letak geografis, yakni negara-negara bertetangga yang sepakat membentuk wilayah untuk kepentingan bersama, contoh: ASEAN.
e.          Konvensi internasional: Seperti konvensi regional namun dengan cakupan yang lebih luas / mengglobal, yang meliputi kerjasama antar benua, contoh: WTO, IATA.
Sedangkan untuk skala pelaksanaan kegiatan konvensi itu sendiri dapat disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan penyelengara kegiatan. Skala konvensi tersebut antara lian:
a.          Konvensi ukuran kecil: konvensi yang dihadiri kurang lebih 20-50 peserta
b.         Konvensi ukuran sedang: konvensi yang dihadiri kurang lebih 60-200 peserta
c.          Konvensi ukuran besar: konvensi yang dihadiri kurang lebih 200-20.000 peserta (Musiana. 2015. Modul Pengantar Konvensi).











BAB III
PEMBUKTIAN RISET

3.1. Dampak Positif dalam Bidang Ekonomi dari Kegiatan World Ocean Coference
World Ocean Conference (WOC) merupakan salah satu kegiatan MICE (Meeting, Incentives, Conventions, and Exhibitions) yang sejalan dalam mendukung Visit Indonesia Year (VIY) 2009. WOC dilaksanakan di Manado, Sulawesi Utara pada tanggal 11-15Mei 2009. Konferensi ini dihadiri oleh sekitar sekitar 4.700 peserta dari 121 negara di dunia.
Pelaksanaan WOC diharapkan dapat bermanfaat tidak hanya bagi keilmuan kelautan, namun juga berdampak bagi pariwisata khususnya kota Manado, sekaligus dapat mengangkat kembali Manado sebagai destinasi wisata bahari dunia yang telah terkenal di mata internasional, khususnya Taman Laut Bunaken. Pelaksanaan suatu konferensi (MICE) tentu berdampak bagi daerah setempat, termasuk masyarakat, pemerintah daerah, dan industri pariwisata yang terkait. Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang menganalisis dampak penyelenggaraan WOC di Manado terhadap perekonomian dan kepariwisataan Manado pada khususnya.
Kegiatan pariwisata MICE (WOC 2009) tentunya membawa dampak positif bagi perekonomian dan citra Kota Manado juga citra Indonesia di mata internasional. Penerimaan pajak dari subsektor terkait langsung dengan pariwisata seperti akomodasi hotel, restoran, biro perjalanan wisata, cenderamata merupakan dampak ekonomi positif yang utama dari penyelenggaraan kegiatan WOC ini.
Multiplier effect dari kegiatan ini bahkan lebih luas dan besar. Supplier makanan ke hotel dan restoran misalnya, juga memberikan kontribusi pada perekonomian Kota Manado. Peluang usaha dan lapangan pekerjaan yang sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat. Masyarakat pun diberdayakan untuk mendukung acara ini. Selain itu, pelaksanaan event tersebut meningkatkan rasa cinta kepada daerahnya, dan memunculkan rasa dan kesadaran masyarakat untuk tetap menjaga keindahan dan kelestarian alam dan budaya Manado.
Perbaikan dan penambahan sarana/fasilitas umum, trotoar, sarana transportasi, program penghijauan dan kebersihan kota juga berdampak positif dan dapat dinikmati oleh masyarakat lokal. Selain infrastruktur jalan raya, ratusan kamar dan ruang simposium baru tersedia di hotel berbintang, fasilitas bandara disiapkan lebih baik, begitu pula layanan imigrasi. Listrik bertenaga panas bumi sebesar 40 megawatt telah menyuplai kebutuhan listrik di sana.
Oleh karena itu, keadaan ini harus dimanfaatkan secara optimal agar dampak positif dari kegiatan ini dapat dirasakan secara berkelanjutan oleh masyarakat sekitar. Selain itu, dampak dari kegiatan yang telah menambah kapasitas produksi pariwisata Manado ini, juga perlu mendapat perhatian dari pemerintah agar dapat diberdayakan secara optimal (http://www.p2par.itb.ac.id).
3.2. Dampak Negatif dalam Bidang Ekonomi dari Kegiatan World Ocean Conference
Suksesnya WOC akan memberikan kredit poin tersendiri bagi kita. Mengingat yang hadir dalam kegiatan ini adalah perwakilan berbagai negara yang terdiri dari banyak unsur, mulai dari wakil pemerintahan, para peneliti dan pakar kelautan, non government organization (NGO), pers, dan sebagainya. Mata seluruh dunia akan tertuju ke Sulawesi Utara.
Keberhasilan kegiatan ini menjadi sebuah promosi luar biasa bagi Sulawesi Utara dalam berbagai sektor. Di antaranya sektor pariwisata. Nama Bunaken yang sudah mendunia, akan semakin berkibar. Demikian pula objek dan potensi wisata lainnya di Bumi Nyiur Melambai. Semakin banyak lagi orang yang akan mengenal daerah kita ini. Selebihnya, kita akan mendapatkan banyak manfaat dari kegiatan tersebut.
Berdasar itulah, pemerintah daerah di berbagai level mati-matian mempersiapkan segala hal. Jalan-jalan dibikin mulus, jumlah hotel ditambah, kualitas hotel yang sudah ada di up grade, dan persiapan sumber daya manusia (SDM) secara matang (http://eddymesakh.com).
Namun dibalik semua itu ternyata ada dampak negatif yang sedikit dirasakan. Kegiatan berskala konferensi dunia yang biasanya ditangani PBB, namun Indonesia mengambil inisiatif sendiri menggelar WOC dengan menggunakan dana khusus, kata Menteri, disela-sela presentasi terbatas panitia nasional WOC, di Manado, Minggu.
Inisiatif bangsa Indonesia menggelar WOC merupakan pertama kali di dunia, dan mendapat dukungan penuh masyarakat internasional serta sejumlah pimpinan atau kepala negara di dunia. Sehingga pelaksanaan WOC tersebut diharapkan berlangsung dengan baik dan aman, karena membawa nama baik bangsa dan negara. Pemerintah dan panitia harus bekerja keras untuk menyukseskan iven itu, mulai dari kesiapan infrastruktur pembangunan hingga keamanan, karena citra bangsa Indonesia turut dipertaruhkan, katanya.
Menurut Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia, sudah melakukan perbincangan serius dengan pemerintah Indonesia, terkait kesiapan pelaksanaan WOC di Kota Manado, sekaligus menyatakan dukungan penuh kegiatan itu. Oleh karena itu kegiatan yang berskala Internasional yang membutuhkan dana besar ini di tanggung oleh pemerintah Indonesia. Sehingga, dana kas pemerintah pun tentunya terglontor untuk kegiatan tersebut, walaupun sebenarnya dana tersebut sudah dipersiapkan (http://www.antaranews.com).
Namun dampak negatif tersebut dapat tertutup dari banyaknya dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat, daerah, dan negara baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Sehingga pemerintah tidak merasa dirugikan bahkan tidak merasa enggan untuk mengeluarkan dana besar untuk kegiatan tersebut.



BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Dampak Positif Dalam Bidang Ekonomi Dari Kegiatan Konferensi dan Konvensi
Kegiatan konferensi dan konvensi tidak dapat dipisahkan dari mata rantai usaha di bidang kepariwisataan dan berbagai sektor usaha lainnya. Penyelenggaraan konferensi dan konvensi selalu melibatkan banyak sektor usaha dan industri. Hal itu menimbulkan pengaruh ekonomi berlipat ganda (multiplier effect) yang menguntungkan dan dapat dirasakan oleh banyak pihak, khususnya karena daya pengeluaran finansial (spending power) dari kegiatan konferensi dan konvensi cukup tinggi.
Di antara pihak-pihak yang potensial mendapatkan keuntungan besar dari kegiatan konferensi dan konvensi adalah percetakan, hotel, perusahaan sovenir, biro perjalanan wisata, transportasi, restaurant, Professional Conference Organizer (PCO), Usaha Kecil dan Menengah (UKM), dan Event Organizer.
Sejumlah penyelenggaraan kegiatan konferensi dan konvensi di Indonesia terbukti memberi kontribusi konkret dalam pembangunan ekonomi. Hal ini dapat berbentuk:



1.      Penerimaan cadangan devisa dalam waktu relatif singkat
Salah satu motivasi utama sebuah negara mempromosikan dirinya sebagai negara yang mampu mengadakan kegiatan konferensi dan konvensi adalah timbulnya kemajuan dalam ekonomi, terutama bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Dari kegiatan konferensi dan konvensi yang diadakan di Indonesia akan meningkatkan devisa negara (national balance payment) yaitu melalui pertukaran mata uang asing (foreign exchange) yang dilakukan oleh wisatawan konvensi tersebut.

2.      Penerimaan pajak
Penerimaan pajak dari subsektor terkait langsung dengan pariwisata seperti akomodasi hotel, restoran, biro perjalanan wisata, cinderamata merupakan dampak ekonomi positif yang utama dari penyelenggaraan kegiatan konferensi dan konvensi

3.      Penyerapan tenaga kerja
Dengan diadakannya kegiatan konferensi dan konvensi di suatu negara dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat atau penduduk lokal diberbagai bidang, terkhusus dibidang pariwisata seperti: menjadi tour guide, waiter, bell boy, dan lain-lain.
Dalam kegiatan konferensi dan konvensi banyak peserta yang menghabiskan uangnya untuk kegiatan tersebut. Namun tidak jarang dari peserta konferensi dan konvensi mengeluarkan biaya lain di luar kegiatan pokok, seperti peserta melakukan perjalanan sebelum atau setelah kegiatan konferensi dan konvensi berlangsung. Hal ini akan menambah komponen pada biaya perjalanan, akomodasi, restoran, belanja dan pelayanan lain yang berhubungan dengan kegiatan wisata tambahannya.

4.      Pengembangan infrastruktur daerah
Banyak kegiatan yang diselenggarakan akan atau harus berdampak pada ekonomi secara keseluruhan. Sehingga pertimbangan yang dapat diambil adalah akan memberikan keuntungan jangka panjang pada tempat penyelenggaraan kegiatan konferensi dan konvensi.
Dengan dibangunnya fasilitas dan infrastruktur yang lebih baik akan memberikan kenyamanan dan keamanan bagi para wisatawan. Secara langsung dan tidak langsung hal ini bisa dipergunakan dan dinikmati oleh penduduk lokal, baik saat kegiatan tersebut sedang berlangsung ataupun setelah kegiatan tersebut berlangsung. Seperti : tempat rekreasi, mall, Symphony Hall, Exhibition dan Congress Center dan lain-lain.
Pembangunan tempat penyelenggaraan kegiatan konferensi dan konvensi di suatu daerah merupakan investasi bagi daerah tersebut. Alasannya adalah suatu daerah tersebut memang akan menjadi tempat tujuan diselenggarakannya kegiatan konferensi dan konvensi lainnya.

5.      Peningkatan pendapatan
Penghasilan besar dari bisnis MICE itu dapat diperoleh dari subsektor bisnis MICE, yang termasuk di dalamnya kegiata konferensi dan konvensi antara lain:
-          usaha akomodasi seperti hotel, wisma, dan losmen;
-          usaha jasa penyewaan audio visual,
-          usaha konsumsi baik berbentuk restoran maupun perusahaan jasa boga atau katering;
-          usaha suvenir yang meliputi pusat perbelanjaan, toko-toko hadiah, perusahaan kerajinan dari berbagai bahan tekstil pakaian, kulit, kerajinan bambu, kayu, dan rotan;
-          usaha jasa hiburan seperti orkestra, sendratari, sanggar kesenian dan kebudayaan serta lawak, dan usaha jasa pengiriman cepat (ekspres) dan pelayaran (shipping).
Semua jenis usaha ini bisa dikelola oleh UMKM atau setidaknya melibatkan banyak sektor lainnya.

6.      Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan
Peningkatan ekonomi secara lokal terjadi karena peningkatan jumlah wisatawan yang datang ke suatu daerah secara rombongan yang dilatarbelakangi oleh kegiatan konferensi dan konvensi yang disertai dengan kegiatan pendamping seperti tour dan wisata belanja.

7.      Peningkatan waktu lama tinggal wisatawan
Pemerintah dibanyak negara menjadikan pariwisata sebagai industry yang berkembang dan mampu meningkatkan keuntungan secara ekonomi serta menciptakan lapangan kerja. Kegiatan konferensi dan konvensi (MICE) merupakan suatu kegiatan yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung dan meningkatkan pengeluaran serta lama tinggal di daerah tujuan yang sedang diselenggarakan kegiatan tersebut. Dengan kata lain, semakin lama diadaknnya kegiatan konferensi dan konvensi di suatu daerah, maka akan semakin lama pula wisatawan konferensi tersebut tinggal dan belanja di suatu daerah sehingga banyak uang yang dikeluarkan untuk daerah tersebut, baik dari wisatawan  domestik maupun mancanegara.

8.      Promosi daerah wisata
Disetiap akhir dari sebuah kegiatan konferensi tidak jarang disertai dengan perjalanan wisata. Hal ini dapat memberikan investasi jangka panjang bagi daerah wisata tersebut karena dapat dijadikan sebagai promosi daerah wisata serta memberikan good memory terhadap para wisatawan yang datang. Dari kunjungan tersebut secara tidak langsung para peserta juga dapat mempromosikan destanasi melalui word of mouth kepada orang-orang terdekatnya atau mengunggah foto-foto mereka ketika kembali kedaerah asalnya.

4.2. Dampak Negatif Dalam Bidang Ekonomi Dari Kegiatan Konferensi dan Konvensi
Kegiatan MICE atau konferensi dan konvensi merupakan salah satu industri raksasa dunia yang mendorong pertumbuhan sektor ekonomi paling cepat. Namun, tanpa disadari banyak kerugian tersembunyi dari kegiatan tersebut yaitu, adanya dampak-dampak pada ekonomi yang tidak diharapkan oleh penduduk setempat.
Seringkali keuntungan yang didapatkan dari kegiatan konferensi  dan konvensi di sebuah negara maju lebih tinggi dari negara berkembang. Padahal Negara berkembang lebih membutuhkan pendapatan tambahan, pekerjaan, dan peningkatan standar hidup lewat bisnis MICE ini. karena bisnis ini berhubungan erat dengan bidang akomodasi, transportasi, makanan dan jasa lainnya.
Adanya dampak negatif di bidang ekonomi dikarenakan adanya transfer besar-besaran pendapatan pariwisata dari negara tuan rumah, kemudian kurang diperhatikannya bisnis dan produk dalam negeri.
Berikut ini adalah beberapa dampak negative dalam bidang ekonomi dari kegiatan konferensi dan konfensi:
1)      Bahaya ketergantungan yang sangat mendalam terhadap pariwisata, dengan kata lain masyarakat hanya mengandalkan kegiatan pariwisata saja untuk peningkatan perekonomi mereka. Karena dari kegiatan konferensi dan konvensi tersebut, mereka telah mendapatkan pendapatan diatas rata-rata dari biasanya dan hanya membutuhkan modal usaha sedikit. Akan tetapi pada saat setelah diselenggaraknnya kegiatan konferensi dan konvensi mereka akan cenderung lebih malas untuk mengelola industry mereka, karena tidak ada jaminan pasti kenaikan penjualan yang signifikan.
2)      Eksploitasi daerah, maksudnya adalah eksploitasi terhadap subjek biasanya hanya untuk kepentingan ekonomi tanpa mempertimbangkan lainnya. Suatu tempat yang di ekspolitasi secara besar-besaran maka akan menimbulkan subjek tersebut rusak.
3)      Harga dan Biaya yang tidak tetap. Kegiatan konferensi dan konvensi di suatu daerah mempengaruhi pasar di daerah tersebut. Maksudnya adalah ketika diadakannya kegiatan tersebut harga barang di daerah tersebut tiba-tiba melonjak naik, begitu juga dengan biya lainnya.
4)      Meningkatkan inflasi dan harga jual tanah menjadi mahal. Dengan diadakannya kegiatan konferensi dan konvensi di suatu daerah, membuat banyak pihak ingin menginvestasikan tanah yang dimilikinya dan menjualnya dengan harga yang mahal dari biasanya. Alasannya adalah karena beberapa pihak yang berkepentingan dalam kegiatan tersebut pasti sangat membutuhkan lahan tersebut dan tidak lagi memikirkan harganya, karena penghasilan yang akan dari kegiatan konferensi dan konvensi jauh lebih menjanjikan.
5)      Meningkatkan impor barang dari luar negri, terutama alat-alat teknologi modern yang digunakan untuk memberikan pelayanan bermutu pada wisatawan dan juga biaya-biaya pemeliharaan fasilitas-fasilitas yang ada. Karena peralatan dan fasilitas yang ada di Indonesia tidak jarang sulit untuk didapatkan.
6)      Produksi yang bersifat musiman menyebabkan rendahnya tingkat pengembalian modal awal.
7)       Terjadi ketimpangan daerah dan memburuknya kesenjangan pendapatan antara beberapa kelompok masyarakat.



BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Faktor yang mempengaruhi kegiatan konferensi adalah faktor ekonomi, faktor keamanan, dan pengaruh teknologi. Dampak ekonomi dalam kegiatan MICE adalah mampu meningkatkan keuntungan secara ekonomi serta menciptakan lapangan pekerjaan. Dengan diadakannya kegiatan konferensi dan konvensi dapat memberikan dampak ekonomi jangka panjang dan multiplier effect bagi masyararakat, daerah maupun bagi Negara. Sehingga bisnis ini menjadi bisnis primadona pada saat ini, khususnya bagi Indonesia yang menjadi sasaran berkembangnya industri MICE.

5.2. Saran
Mengingat negara Indonesia masih berada diposisi tengah dalam penyelengaraan MICE, maka sudah seharusnya pemerintah Indonesia perlu memberikan perhatian lebih terhadap bisnis yang menjanjikan ini, karena tidak hanya masyarakat saja yang menikmati hasil dari kegiatan ini, namun banyak pihak yang merasa diuntungkan.
Selian itu fasilitas dan infrasturktur yang ada saat ini pun juga belum cukup memadahi jika dibandingkan dengan negara-negara didunia, sehingga perlu dibuat gedung-gedung khusus seperti gedung convention center yang mampu menampung banyak perserta dan memiliki falitas tekhnologi serta keamanan yang terjamin.

DAFTAR PUSTAKA

Angga, Ady. 2015. Dampak Pariwisata terhadap Perekonomian. (http://mahasiswapariwisatambp2adyangga.blogspot.co.id diakses pada tanggal 23 Maret 2016)

Anra News. WOC Inisiatif Indonesia Kata Numberi. (http://www.antaranews.com diakses pada tanggal 1 April 2016)

Anto, Novianto.2013. Materi Konvensi. (http://fisip.web.unair.ac.id diakses pada tanggal 23 Maret 2016)

Bagus, Denny.2009. MICE, Meeting, Incentive, Coferensi. (http://jurnal-sdm.blogspot.co.id diakses pada tanggal 23 Maret 2016)

Damanik, Ericson. 2014. Bisnis MICE Sebagai Potensi Unggulan. (http://ondyx.blogspot.co.id diakses pada tanggal 23 Maret 2016)

Geospray. 2007. Wisata Konvensi di Indonesia.
(https://goespray.wordpress.com diakses pada tanggal 23 Maret 2016)

Institut Teknologi Bandung, Pusat Perencanaan dan Pengembangan Keparwisataan (http://www.p2par.itb.ac.id diakses pada tanggal 23 Maret 2016)

Konferensi-Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas. (https://id.wikipedia.org diakses pada tanggal 23 Maret 2016)

Mesakh, Eddy. 2009. Menyambut Pesta WOC di Manado. (http://eddymesakh.com diakses pada tanggal 1 April 2016)

Said, Yulia Parmita.2015. Dampak Positif dan Negatif dari Event. (http://yuliaparamitasaid.blogspot.co.id diakses pada tanggal 23 Maret 2016)

Wahyuningsih, Sri.2014. MICE (Meeting, Incentive, Convention/Coference, and Exhibition). Madura: UTM Press







Tidak ada komentar: